Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/09/2018, 16:18 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com -- Penyebab gempa bumi yang terjadi di Palu, Jumat (28/09/2018) dipastikan adalah adanya aktivitas sesar geser Palu Koro.

Ketika aktif, sesar ini minim kemungkinannya untuk dapat menyebabkan tsunami. Namun, apa yang terjadi kemarin menunjukkan hal sebaliknya. Lantas, apa yang menyebabkan aktivitas sesar ini menyebabkan tsunami?

Sampai saat ini pihak Ikatan Ahli Geologi Indonesia belum dapat memastikan apa penyebabnya. Namun Sukmandaru Prihatmoko, ketua umum IAGI menjelaskan adanya tiga kemungkinan yang terjadi.

"Yang pertama dia tetap bergeser, tapi di tempat lain dia memicu adanya longsor bawah laut. Begitu longsor, ada massa tanah atau batuan yang menimpa air laut yang membuat tsunami," ujarnya  saat ditemui pada konferensi pers BNPB, Sabtu hari ini (29/9/2018).

Baca juga: Bagaimana Gempa dan Longsor Berduet Memicu Tsunami Palu? Ini Ceritanya

Dia melanjutkan, yang kedua, si patahan tadi itu memicu bergeraknya atau naiknya patahan di tempat lain. Kalau di peta saya, ke arah selat Makassar. Itu kita duga bisa terpicu penyebab tsunami.

"Kemudian yang ketiga, ada flower structure. Harusnya dia bergeser biasa, tapi di satu titik di dasar laut, ada titik yang berkumpul dan membuat pola seperti bunga. Itu mendesak air di atasnya dan menimbulkan tsunami," katanya.

Daru menjelaskan bahwa kemungkinan yang paling besar penyebab tsunami di Palu adalah patahan tersebut menyebabkan adanya longsor bawah laut. Bukan tanpa alasan, hal ini disebabkan oleh keruhnya air laut ketika bencana ini datang.

"Kami dapat info, kalau tsunami yang di Teluk Palu itu airnya keruh sekali. Sementara tsunami di Donggala lebih jernih. Jadi ada kemungkinan ada material yang longsor di dasar laut, mengotori air dan terbawa ke daratan," jelasnya.

Baca juga: 5 Fakta Ilmiah Gempa Donggala dan Tsunami Palu yang Harus Anda Tahu

Namun, Daru mengatakan bahwa hipotesis tersebut hanya berdasarkan satu data, yaitu keruhnya air. Oleh karena itu, dia perlu meninjau lebih lanjut terkait bagaimana sesar Palu Koro dapat menyebabkan tsunami.

"Yang lebih bagus kalau ada data kondisi kedalaman laut. Jadi kita bandingkan, kita tahu dasar lautnya berubah atau tidak. Nah itu baru bisa kita simpulkan," ujarnya.

Daru mengatakan, aktivitas sesar geser memiliki kemungkinan kecil untuk dapat menyebabkan tsunami. Bahkan pada aktivitas yang menyebabkan gempa dengan magnitudo seperti saat ini, masih kecil kemungkinannya untuk tsunami.

Pasalnya, ada tiga jenis pergerakan lempeng: Konvergen yang mana antara lempeng saling bertabrakan, divergen dimana lempeng saling berjauhan, dan transform atau sesar yang mana lempeng hanya saling bergeser. Dari tiga aktivitas tersebut, yang paling memungkinkan untuk terjadinya tsunami adalah aktivitas lempeng saling bertabrakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com