Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konservasi Wilayah Laut Diyakini Genjot Ekonomi Masyarakat

Kompas.com - 28/09/2018, 07:33 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Memiliki dua pertiga wilayah berupa lautan, membuat Indonesia berperan sebagai jantung keanekaragaman hayati laut dunia.Hal ini harus kita jaga, salah satunya dengan tindakan Marine Protected Area (MPA) atau pengelolaan kawasan konservasi.

Dengan melakukan MPA, kita tidak haya menjaga ekosistem laut, tetapi juga mendobrak perekonomian masyarakat lewat sektor pariwisata.

Ir. Andi Rusandi, M.Si, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia mengatakan ada tiga tujuan MPA.

Pertama, melindungi ekosistem laut untuk beranak pinak. Kedua, melestarikan kehidupan laut supaya spesies yang tinggal di dalamnya tidak berkurang. Ketiga, menyejahterakan masyarakat lewat sektor pariwisata.

Baca juga: Bukti Baru, Reptil Laut Tertua Habiskan Masa Tua di Daratan

Andi berharap, MPA akan membantu Indonesia memiliki persediaan ikan yang cukup dan tidak kekurangan, baik nelayan maupun masyarakat.

Ditemui dalam acara Road to Our Ocean Conference di Jakarta, Kamis (27/9/2018), Andi menjelaskan bagaimana MPA dapat membantu kesejahteraan masyarakat sekitar, terutama lewat wisata bahari.

"Saya pernah lihat di beberapa negara cari spesies yang langka seperti ikan manta, dan itu bisa menjadi daya tarik wisatawan. Dan ketika wsiatawan ingin melihat ini, dia akan mengeluarkan uang dan bisa bermanfaat bagi masyarakat," tambah Andi.

Hal ini juga disepakati Meity Mongdong, senior manager dari Conservation International Indonesia. Ia menambahkan konservasi wilayah perairan akan melibatkan peran serta masyarakat sekitar untuk mencapai kesuksesan program MPA.

"Mereka (masyarakat) juga masuk dalam sistem. Mereka menggunakan sumber daya laut untuk kehidupan sehari-hari. Dengan merasakan manfaat tersebut, masyarakat akan mendukung dan mengambil inisiatif untuk mendukung kawasan konservasi. Tapi saya bilang masyarakat (juga) bisa membangun rasa bangga akan tempatnya," ujar Meity.

Salah satu yang menjadi masalah dalam tujuan keberhasilan MPA adalah sudut pandang masyarakat. Sering kali saat masyarakat mendengar 'konservasi', kita seperti menutup diri.

Banyak orang menganggap bahwa konservasi adalah pekerjaan sia-sia dan justru akan menghancurkan ekosistem. Terlebih lagi, masih hangat ditelinga kita kasus kapal yang menghancurkan terumbu karang di Raja Ampat.

"Ini sesuatu yang bisa dipetik ketika setiap membentuk suatu kawasan. Ada banyak isu yang tidak dipikirkan ketika itu dibangun. Sebenarnya ketika raja Ampat dijadikan MPA tidak ada kapal turis yang datang. Dan kita harus punya managemen penyesuaian setiap ada isu yang muncul, kita harus punya cara untuk menanganinya," tegas Meity.

"Kalau dengan prinsip-prinsip alam, memang tidak bisa terlalu banyak kegiatan dan harus dilakukan dalam rencana jangka panjang. Oleh karena itu ada sistem zonasi di dalam kawasan koservasi perairan dimana bisa ditentukan kegiatan apa yang bisa dilakukan, berapa kapal yang bisa masuk, dan berapa turis yang boleh datang itu harus dikelola baik," terang Rili Djohani, Direktur Eksekutif dari Coral Triangle Center di acara yang sama.

Rili menambahkan, bahwa ia optimis akan perkembangan laut Indonesia.

"Kalau saya dibanding 30 tahun yang lalu, Indonesia sudah lebih bagus. Dan yang penting dari pemerintah, masyarakat, dan LSM ada perhatian ke sana. Saya punya harapan besar Indonesia bisa jadi contoh dunia dimana system konservasi perairan dikelola dengan baik," tambahnya.

Baca juga: Peta Ini Ungkap Laut Perawan yang Tersisa di Dunia

Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan 20 juta hektar kawasan konservasi perairan pada tahun 2020. Hingga Agustus 2018, target tersebut sudah terpenuhi dan mencapai 20,8 juta hektar kawasan konservasi perairan yang dibagi menjadi 11 wilayah pengelolaan perikanan (WPP) meliputi:

WPP 571 Selat malaka dan Laut Andaman,

WPP 572 Samudera Hindia Sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda,

WPP 573 Samudera Hindia Sebelah Selatan Jawa Hingga Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor Bagian Barat,

WPP 711 Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan,

WPP 712 Laut Jawa,

WPP 713 Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali,

WPP 714 Teluk Tolo dan Laut Banda,

WPP 715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau,

WPP 716 aut Sulawesi dan Sebelah Utara Pulau Halmahera,

WPP 717 Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik,

WPP 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor Bagian Timur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com