Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bikin 30 Penumpang Terluka, Mengapa Tekanan Kabin Pesawat Penting?

Kompas.com - 21/09/2018, 19:33 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Seperti diberitakan sebelumnya, pilot dari maskapai penerbangan Jet Airways yang mengendalikan pesawat Boeing 737 telah melakukan kelalaian sangat fatal.

Gara-gara keteledorannya tidak  menekan tombol yang mengatur tekanan udara di dalam kabin, lebih dari 30 penumpang mengalami pendarahan di hidung dan telinga.

Pesawat yang rencananya terbang dari kota Mumbai menuju Jaipur, India, terpaksa kembali ke bandara sesaat setelah lepas landas.

Baca juga: Akibat Blunder Pilot, 30 Penumpang Jet Airways Terluka

Beruntung, semua penumpang dari insiden ini selamat. Berikut rekaman video yang sempat diambil salah satu penumpang bernama Darshak Hathi ke akun Twitter-nya.


Ketinggian dan tekanan

Sebelum membahas seberapa penting tekanan udara di dalam kabin, mari kta menelusuri jejak perjalanan pesawat.

Di awal kemunculan pesawat, alat transportasi ini melaju hanya pada ketinggian yang rendah.

Pada akhir 1930-an, Boeing memperkenalkan 307 Stratoliner sebagai pesawat angkut komersial pertama dengan kabin bertekanan yang dapat terbang di ketinggian 6.000 meter, tapi udara di dalam kabin dibuat setara dengan tekanan udara di ketinggian 3.000 meter.

Saat pesawat semakin tinggi terbangnya, penting untuk mempertahankan semua parameter di dalam kabin demi kenyamanan penumpang. Parameter itu meliputi suhu, kelembaban, sirkulasi udara, dan tekanan kabin.

Kebanyakan jet modern terbang di ketinggian  7.600 sampai 15.000 meter. Meski begitu, pesawat sudah aman karena dilengkapi sistem yang membuat tekanan kabin sama seperti saat pesawat terbang di ketinggian 2.000 sampai 2.500 meter.

Cara kerja

Sumber tekanan udara dan AC untuk kabin diambil dari kompresor yang digerakkan mesin (engine-driven compressor), supercharger, atau melalui celah udara (bleed air) yang diambil dari mesin.

Udara panas dikirim ke unit pendingin, lalu dikirim ke kabin. Katup luapan atau outflow valve di bagian belakang pesawat akan memastikan udara masuk ke kabin lebih cepat untuk menciptakan lingkungan bertekanan.

Grafik Grafik

Dalam prosedur lepas landas, "bleed air" terkadang dimatikan terutama saat pesawat membawa muatan yang melebihi batas.

Hal ini untuk memastikan agar mesin tidak mengeluarkan udara supaya dapat menciptakan daya dorong untuk lepas landas. Dalam situasi seperti ini, "bleed air" dinyalakan setelah lepas landas.

Pilot pun harus memastikan bahwa setelah lepas landas, "bleed air" menyala untuk menjaga tekanan kabin.

Mengapa udara perlu ditekan?

Tubuh manusia sulit beradaptasi di lingkungan dengan ketinggian lebih dari 3.000 meter.

Misalnya saat pesawat ada di ketinggian 5.500 meter, penumpang akan mengalami tekanan sebesar 3,3 kilogram per inci persegi dan bisa jatuh pingsan dalam waktu 30 menit.

Jika ketinggian kabin tidak dipertahankan di bawah 3.000 meter, hal tersebut akan menimbulkan berbagai efek. Munculnya gas di teliga tengah, sinus, saluran pencernaan meluas yang berakibat pada pendarah di telinga dan hidung.

Saat ketinggian naik, suhu dan kadar oksigen akan menurun. Perubahan ini akan membuat radang dingin, hipotermia, dan kekurangan oksigen dalam darah yang menyebabkan hipoksia.

Pengecekan dari awak pesawat

Di antara berbagai pedoman yang diterapkan petugas dan maskapai penerbangan, salah satunya melibatkan dafatr tugas kru.

Untuk Boeing 737, dalam keadaan normal ada 12 tahapan yang harus dilakukan pilot, mulai dari pra penerbangan, sebelum mesin dinyalakan, setelah mesin dinyalakan, sebelum lepas landas, setelah tinggal landas, turun, mendekati bandara, mendarat, setelah mendarat, mesin dimatikan, hingga pesawat aman.

Tak jarang maskapai penerbangan menambahkan lebih banyak tugas ke daftar pedoman dasar itu.

Baca juga: Apa yang Terjadi bila Pesawat Dipenuhi Orang Sakit? Ahli Jelaskan

Menurut laporan The Indian Express, Jumat (21/9/2018), saat pesawat Jet Airways ada di ketinggian lebih dari 3.300 meter, "bleed air" belum dinyalakan setelah tinggal landas karena kelupaan kelalaian pilot.

Dalam kasus seperti ini, kemungkinan penyebabnya adalah kegagalan kru untuk bertindak sesuai instruksi.

Menteri Penerbangan Sipil Suresh Prabhu telah memerintahkan untuk audit keselamatan menyeluruh terkait kasus ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com