Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati, Diare pada Balita Bisa Sebabkan "Stunting"

Kompas.com - 18/09/2018, 18:05 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Diare sering dianggap remeh oleh masyarakat. Padahal, diare pada anak-anak, khususnya pada usia di bawah 2 tahun, menjadi penyakit yang cukup berbahaya karena dapat menyebabkan stunting atau gagal tumbuh kembang.

“Diare itu terjadi karena ada gangguan vili usus. Vili menjadi rusak (dan) penyerapan terganggu. Padahal, penyerapan dalam usus ini sangat bermakna. Karena tadinya dia punya penyerapan yang baik kemudian jadi rata, nutrisinya jadi tidak terserap,” ujar dr Ariani Dewi Widodo, SpA(K), dari RSIA Bunda Jakarta, saat ditemui pada kegiatan Intervensi Gizi Spesifik dalam Upaya Pencegahan Stunting, Selasa (18/09/2018), di Jakarta.

Diare bisa disebabkan oleh berbagai macam hal: keracunan makanan, infeksi kuman, dan stress. Namun pada anak-anak, mayoritas penyebab diare adalah virus.

Baca juga: Waspadai Diare Rotavirus

Ariani berkata bahwa tidak semua diare dapat menyebabkan stunting. Namun, diare yang terjadi berulang-ulang dan diare kronis yang terjadi dalam waktu lama pada anak-anak memungkinkan terjadinya stunting.

Nah diare kronis itu biasanya dua minggu ke atas. Kalau diare akut kurang dari 7-14 hari, tapi kalau yang akut berulang-ulang itu bisa menyebabkan stunting. Di sisi lain, stunting juga biasanya menyebabkan keadaan tubuh kurang baik sehingga juga bisa menyebabkan penyakit, salah satunya diare. Itu saling berhubungan,” jelas Ariani.

Ariani menjelaskan, pada saat diare, ada banyak cairan dan mikro nutrien yang terbuang dari dalam tubuh. Salah satu mikro nutrien penting yang terbuang adalah zinc. Ketika zinc terbuang, maka villi usus yang rusak tidak bisa diregenerasi kembali oleh zinc. Oleh karenanya, pada kondisi ini stunting bisa terjadi.

Diare menjadi penyakit mematikan kedua bagi balita setelah pneumonia. Untuk itu, anggapan soal diare adalah penyakit yang tidak berbahaya, patut diubah. Ariani menerangkan ada lima tata laksana yang dapat dilakukan untuk mengobati diare.

“WHO merekomendasikan lima cara: oralit osmolitas rendah, teruskan ASI dan makanan selama diare, pemberian zinc selama 10-14 hari, antibiotik atas indikasi dan rekomendasi dokter, dan edukasi pada ibu atau pengasuh. Jadi ibu dan pengasuh itu juga harus punya informasi,” jelas Ariani.

Tata laksana tersebut dapat dilakukan para orangtua untuk mengatasi diare pada balita. Akan tetapi jika gejala semakin memburuk, Ariani menyarankan untuk segara membawa balita ke dokter.

“Jadi home remedy (perawatan di rumah), enggak harus langsung ke dokter. Ibu hanya perlu tahu prinsip cairan harus diganti dan pemberian zinc itu sangat perlu. Tapi saat ada kegawatan seperti muntah-muntah, cairan tidak bisa masuk, anak sangat lemas, tidak bisa bangun, buang air kecil sedikit, itu perlu dibawa ke dokter,” kata Ariani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau