MANOKWARI, KOMPAS.com - Kebalikan dengan capaian nasional yang hanya 32,32 persen pada 26 Agustus 2018, capaian kampanye imunisasi campak dan rubela (MR) di Kabupaten Teluk Bintuni mencapai 100,6 persen dari target yang diberikan.
Provinsi Papua Barat sendiri juga menjadi kabupaten dengan capaian tertinggi (64,97) persen di antara 28 provinsi luar Jawa dan Bali.
Terkait kesuksesan ini, para pemegang kewenangan membagikan rahasianya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, Otto Parorrongan, SKM, M.MKes, berkata bahwa Papua Barat masih belum mencapai target nasional 95 persen. Akan tetapi, dia optimis masih akan bisa mencapai dalam tenggat waktu sebulan lebih.
Keyakinan Otto ini bukan tanpa alasan. Imunisasi massal yang dilakukan secara serentak memang biasanya berhasil dilakukan di provinsi ini. Para petugas kesehatan di Papua Barat memiliki motivasi khusus untuk berlomba-lomba mencapai target.
“Kalau tidak datang, bahkan sampai sweeping (didatangi) ke rumah-rumah,” ujarnya saat ditemui di Manokwari, Senin (27/8/2018).
Untuk Kabupaten Kaimana yang presentase cakupannya hanya 16,33 persen dan merupakan terendah di Papua Barat, Otto berkata bahwa para petugas kesehatan sudah dikomunikasikan dan sedang berjalan kembali dari kampung-kampung ke kota untuk melaporkan.
“Kalau pegununangan Arfak ini medannya memang berat, tapi petugas jalan. Kita optimis dengan target 95 persen hanya soal waktu saja,” imbuhnya.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Teluk Bintuni Ir Petrus Kasihiw, MT, yang ditemui di Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni, Rabu (29/8/2018) mengatakan, keberhasilan vaksin MR tidak lepas dari kekompakan seluruh pemegang kewenangan.
Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Vaksin, Pro Kontra Telah Ada Sejak Lama
Petrus bercerita bahwa dia mengumpulkan semua pemegang kewenangan, dari dinas kesehatan, dinas pendidikan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bintuni, kepala-kepala distrik dan kampung, untuk menyampaikan bahwa imunisasi MR harus sudah mulai berjalan pada 1 Agustus 2018.
Dia pun meminta para guru untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak mengenai apa yang terjadi bila mereka terkena campak dan rubela.
“Oleh karena itu, hambatan kecilnya hanya soal halal atau tidak,” katanya.
Beruntung, pemerintah Bintuni telah menjalin komunikasi dengan MUI setempat dan mendapat tanggapan cepat. Bahkan sebelum ada keputusan dari MUI pusat, MUI Teluk Bintuni telah melakukan pendekatan khusus melaui tokoh-tokoh masyarakat.
“Kami juga terima kasih karena tiba-tiba ada pernyataan dari MUI pusat bahwa (vaksin) itu memang haram secara agama, tetapi karena untuk kepentingan manusia dan tidak ada solusi lainnya, jadi diperbolehkan,” ujar Petrus.
Selain MUI, Petrus juga mengapresiasi kinerja tenaga medis yang mau menetap di daerah-daerah tertentu yang hanya dapat dijangkau dengan pesawat untuk memberikan vaksin MR dan menuntaskan tugasnya sebelum Agustus berakhir.
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek juga memuji hasil capaian vaksin MR di Teluk Bintuni. Dia berkata bahwa keberhasilan ini adalah bukti komitmen dari pemerintah Kabupaten Bintuni.
“Di sini bagus sekali, mereka (masyarakat) menerima (vaksin MR) dan didorong oleh pak gubernur. Anak-anak di sini besar-besar dan sehat, tetapi kita tetap harus jaga mereka dari campak dan rubela. Harapan saya, apa yang terjadi di Asmat tidak terulang di sini,” imbuhnya.
Baca juga: Ketua IDAI: Vaksin MR Wajib Diberikan demi Keselamatan Anak Bangsa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.