Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menemukan Hewan Terdampar di Pantai? Ini yang Perlu Dilakukan

Kompas.com - 19/08/2018, 17:35 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Ketika melihat hewan yang terdampar di tepi pantai, intuisi manusia akan menolong hewan tersebut dengan mengembalikannya ke laut.

Beberapa asumsi akan muncul di otak yang menganggap hewan itu terdampar karena sedang mencari makan atau kesalahan navigasi.

Namun sebaiknya, mulai saat ini, hindari tindakan tersebut.

The Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals (RSCPA), sebuah organisasi yang bergerak untuk kesejahteraan hewan memberikan peringatan untuk tidak lagi mengembalikan hewan air yang terdampar kembali ke perairan.

Peringatan tersebut bukan tanpa dasar. Ada beberapa alasan untuk peringatan tersebut.

Dilansir dari IFL Science, Minggu (19/08/2018), bercermin dari kejadian lumba-lumba yang terdampar di pantai sebelah barat Wales beberapa pekan lalu, masyarakat sekitar mencoba untuk memindahkannya kembali ke air, dengan harapan hewan ini dapat berenang pergi dan bebas.

Tapi, setelah memeriksa foto dari lumba-lumba yang terdampar tersebut, petugas RSCPA menyadari bahwa sebenarnya hewan ini bertubuh kurus kering dan dalam keadaan sakit.

Bertentangan dengan kepercayaan masyarakat yang mengatakan terdamparnya hewan ke pantai disebabkan oleh kesalahan navigasi, ternyata ada kemungkinan juga hewan bersangkutan sedang sakit atau sekarat.

Melihat dari kasus ini, maka tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah memberikan bantuan medis yang diperlukan atau kematian akan mendatangi hewan ini baik di dalam ataupun di luar wilayah perairan.

Hal ini dibuktikan dari lumba-lumba yang terdampar di pantai Wales kembali ditemukan mati—di pantai— setelah sempat dikembalikan ke air.

Baca juga: Hasil Kawin Silang Lumba-lumba dan Paus Ditemukan di Hawaii

Selain itu, menyentuh lumba-lumba yang sakit memungkinkan dapat meningkatkan risiko tertular penyakit apapun yang diderita oleh lumba-lumba itu.

Padahal, jika hewan itu sakit atau bahkan kemungkinan terburuknya hingga mati, mayatnya masih berguna bagi pihak berwenang.

Atas nama ilmu pengetahuan, pihak berwenang bisa memeriksa hewan tersebut baik sebelum atau sesudah kematian.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari tahu mengapa lumba-lumba memilih cara ini untuk mati, dan menginformasikan hasilnya ke komunitas ilmiah di masa yang akan datang.

"Dalam banyak hal, itu adalah sumber kebanggaan bahwa orang-orang di seluruh Wales Barat mencintai hewan liar dan ingin membantu," kata Ellie West, petugas koleksi hewan RSPCA.

“Namun mengembalikan lumba-lumba yang berada di pantai ke laut bisa menjadi sangat kontra-produktif. Orang-orang jelas bermaksud baik dalam melakukan ini. Tetapi terkadang ini adalah tindakan yang salah untuk diberikan kepada hewan dan bagi kesejahteraan mereka,” imbuhnya.

Oleh karena itu, ketika menemui kasus serupa dan Anda tidak yakin dengan tindakan apa yang harus dilakukan, sebaiknya menghubungi pihak berwenang.

Itu karena dikhawatirkan akan mengulangi insiden Yellowstone National Park di tahun 2016.

Dalam kasus tersebut, beberapa turis mengangkut bayi bison di belakang mobil mereka. Para turis ini mengira induk bayi bison telah meninggalkannya dan ia akan mati kedinginan.

Sayangnya, tindakan ini merupakan kekeliruan.

Dirangkum dari Washington Post, (16/05/2016), bayi bison yang sudah tersentuh tangan manusia, tidak lagi diterima oleh koloninya.

Akhirnya, para petugas harus melakukan eutanasia pada hewan malang itu demi alasan keamanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com