KOMPAS.com — 106 tahun yang lalu di Selandia Baru, pada minggu ini, sedang hangat-hangatnya perbincangan tentang masa depan Bumi ini. Perbincangan tentang masa depan Bumi disebabkan sebuah artikel yang diterbitkan sebuah koran pada masa itu.
Lebih tepatnya pada tanggal 14 Agustus 1912, sebuah koran bernama Rodney and Otamatea Times, Waitemata and Kaipara Gazette dalam rubrik “science notes and news” mewartakan ramalan yang benar-benar terjadi saat ini.
Dilansir dari Science Alert, Jumat (17/08/2018), sebuah artikel yang berjudul "Coal Consumption Affecting Climate" (Konsumsi Batu Bara Memengaruhi Iklim) memperingatkan bahwa atmosfer Bumi akan berubah karena pembakaran miliaran ton batu bara dan akan menambah lebih banyak karbon dioksida ke atmosfer setiap tahunnya.
"Tungku-tungku dunia sekarang membakar sekitar 2.000.000.000 ton batu bara per tahun. Ketika ini dibakar, menyatu dengan oksigen, ia menambahkan sekitar 7.000.000.000 ton karbon dioksida ke atmosfer setiap tahun," ungkap artikel tersebut.
Baca juga: Bukti Ramalan Einstein Seabad Lalu Raih Nobel Fisika 2017
"Ini cenderung membuat selimut udara yang lebih efektif untuk bumi dan meningkatkan suhunya. Efeknya mungkin cukup besar dalam beberapa abad lagi," tambahnya.
Namun, ini bukan artikel pertama yang memberitakan hal tersebut.
Sebulan sebelumnya, yakni pada 17 Juli 1912, berita serupa telah diterbitkan di Australia oleh koran Braidwood Dispatch, dan mundur satu bulan berikutnya, pada Maret, di tahun yang sama, Popular Mechanics mewartakan hal yang berkaitan dengan judul “Remarkable Weather of 1911” (Cuaca yang Luar Biasa di 1911).
Gagasan tentang pengaruh batu bara terhadap atmosfer bumi sebenarnya sudah menjadi isu yang penting pada beberapa dekade terakhir dari 1912. Ditelusuri oleh New York Times, diskusi-diskusi ilmiah yang membahas tentang dampak dari pembakaran batu bara sebenarnya sudah ada sejak 1850.
Baca juga: Ramalan Graham Bell Terbukti, Ramalan Kepunahan Smartphone Muncul
Meski sudah lebih dari satu abad, kondisi saat ini tidak menyajikan banyak perubahan. Pada tahun 2016 saja, dunia sudah mengonsumsi lebih dari 5,3 miliar metrik ton batu bara. Konsentrasi karbon dioksida terhadap atmosfer bumi saat ini juga sudah berada di atas 441ppm, tingkat tertinggi setidaknya dalam 800.000 tahun.
Tingginya konsentrasi polusi udara dapat membahayakan manusia. Panas yang terperangkap juga dapat menyebabkan kebakaran dan meningkatnya tinggi permukaan laut. Beberapa penelitian bahkan mengatakan bahwa suhu yang memanas dapat memperlambat kinerja otak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.