KOMPAS.com - Ungkapan "mata adalah jendela jiwa" agaknya kembali terbukti melalui penelitian. Kali ini para peneliti melibatkan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
AI buatan para peneliti dari Australia ini bisa memprediksi kepribadian seseorang hanya dengan memperhatikan mata mereka.
"Berkat pendekatan pembelajaran mesin kami, kami tidak hanya memvalidasi peran kepribadian dalam menjelaskan gerakan mata dalam kehidupan sehari-hari," ungkap Tobias Loetscher, neuropsikolog di University of South Australia dikutip dari Science Alert, Senin (30/07/2018).
"Tetapi juga mengungkapkan karakteristik gerakan mata sebagai prediktor ciri-ciri kepribadian," sambungnya.
Dalam penelitian sebelumnya, para peneliti menemukan bahwa gerakan mata menandakan tentang cara berpikir dan merasakan seseorang, baik sadar maupun tanpa sadar, selama hubungan interpersonal.
Hal itu kemudian memunculkan pertanyaan dalam benak peneliti, bisakah gerakan mata mewakili kepribadian internal?
Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Frontiers in Human Neuroscience, untuk menjawab hal itu, para peneliti merekrut 50 peserta.
Para peserta kemudian diminta mengisi kuesioner yang menunjukkan kepribadian mereka dalam lima besar: Keterbukaan, Kehati-hatian, Neurotisme (kemampuan menghadapi stres), Kesepakatan, dan Ekstraversi (tingkat kenyamanan).
Selanjutnya, para peserta diminta menggenakan perangkat pelacak mata selama sepuluh menit. Perangkat ini digunakan untuk merekam pergerakan mata mereka ketika mereka diminta membeli sesuatu di sebuah toko.
Ketika AI menganalisis data yang terekam, hasilnya bisa mengisolasi pola gerakan mata. Kemudian, pola ini dicocokkan dengan profil psikologis dasar.
Baca juga: Akurat 95 Persen, AI Google Bisa Prediksi Kapan Seseorang Meninggal
"Salah satu kontribusi utama pekerjaan kami adalah untuk menunjukkan, pertama kalinya, bahwa tingkat neurotisme, ekstraversi, kesepakatan, kehati-hatian, dan keingintahuan perseptual (tipe kepribadian lain) bisa dipredikdi hanya dari gerakan mata yang direkam selama melakukan pekerjaan sehari-hari," tulis para peneliti dalam laporan mereka.
Ini berarti, AI buatan para peneliti dari Australia itu bisa memprediksi jenis kepribadian.
Sayangnya, kecerdasan buatan tersebut belum bisa memberikan hasil dengan akurasi tinggi. Untuk itu, akan dilakukan penyempurnaan lebih lanjut.
Sebagai penyempurna, para peneliti berpikir untuk memberikan semacam asisten virtual yang bisa membaca suasana hati atau kepribadian.
"Orang-orang selalu mencari layanan yang ditingkatkan dan dipersonalisasi. Namun, robot dan komputer saat ini tidak disadari secara sosial, sehingga mereka tidak dapat beradaptasi dengan isyarat non-verbal," kata Loetscher.
"Penelitian ini memberikan kesempatan untuk mengembangkan robot dan komputer sehingga mereka bisa menjadi lebih alami, dan lebih baik dalam menafsirkan sinyal sosial manusia," sambungnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.