Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perangi Malaria Kambuhan, AS Loloskan Obat Jenis Baru

Kompas.com - 23/07/2018, 17:01 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor


KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) meloloskan obat baru bernama tafenoquine yang diklaim bisa menyembuhkan malaria kambuhan.

Para ilmuwan pun menyebut tafenoquine sebagai pencapaian yang fenomenal. Pasalnya, malaria bisa tertahan di organ hati pengidap selama bertahun-tahun dan dapat kambuh sewaktu-waktu.

Jenis malaria yang dimaksud adalah Plasmodium vivax, salah satu dari empat jenis malaria paling umum di luar kawasan Sub-Sahara Afrika.

Tiga jenis lainnya adalah Plasmodium falciparum, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae.

Baca juga: Bukti Baru, Nyamuk Bisa Cium Bau Orang yang Terinfeksi Malaria

Malaria jenis Plasmodium vivax tercatat telah menyebabkan sekitar 8,5 juta orang jatuh sakit setiap tahunnya.

Anak-anak yang dijangkiti parasit ini kerap sakit sehingga sering absen dari sekolah. Kondisi kesehatan mereka lemah setiap kali penyakit ini kambuh.

Tanpa mereka sadari, tubuh mereka pun menjadi wadah bagi penyakit ini. Sebab, ketika seekor nyamuk menggigit tubuh mereka saat parasit tersebut sedang bangkit, parasit itu bisa terbawa dan menjangkiti orang lain.

Solusi memutus siklus tersebut bisa tercapai berkat obat tafenoquine yang diloloskan FDA. Obat itu diklaim dapat mengalahkan semua parasit Plasmodium vivax di organ hati manusia.

Sebelumnya, ada obat yang juga bisa digunakan untuk memerangi malaria di dalam hati bernama primaquine. Bedanya, primaquine harus rutin dikonsumsi selama 14 hari, sedangkan tafenoquine hanya diminum satu kali.

Perlu kewaspadaan

FDA menyatakan tafenoquine tergolong efektif dan menyetujui penggunaannya di Amerika Serikat. Meski demikian, badan tersebut mewanti-wanti bahwa perlu ada kewaspadaan soal efek samping.

Misalnya, orang-orang yang mengalami masalah enzim atau disebut kekurangan G6PD, dianjurkan tidak mengonsumsi obat ini karena bisa menyebabkan anemia parah.

FDA menyarankan khalayak menjalani uji medis untuk mengetahui apakah mereka mengalami masalah enzim sebelum mengonsumsi tafenoquine.

Ada pula kekhawatiran bahwa dosis tinggi bisa menimbulkan masalah bagi orang-orang yang mengalami masalah psikis.

Bagaimanapun, dibarengi dengan kelambu dan langkah pencegahan lainnya, diharapkan malaria jenis vivax dapat diberantas.

"Kemampuan tafenoquine memberantas parasit ini di organ hati dengan satu kali dosis merupakan pencapaian fenomenal. Dalam benak saya, ini mewakili kemajuan paling signifikan dalam pengobatan malaria dalam 60 tahun terakhir," kata Prof Ric Price, dari Universitas Oxford, kepada BBC.

Sementara itu, Dr Hal Barron selaku direktur riset dan pengembangan GSK—perusahaan yang membuat obat tersebut, mengatakan:

"Disetujuinya Krintafel (merk dagang tafenonquine), pengobatan baru pertama untuk malaria Plasmodium vivax selama lebih dari 60 tahun, adalah tonggak bersejarah signifikan bagi orang-orang yang hidup dengan malaria kambuhan," ujar Price.

"Bersama mitra kami, Medicines for Malaria Venture, kami meyakini Krintafel akan menjadi obat penting bagi pasien pengidap malaria dan bisa berkontribusi untuk upaya memberantas penyakit ini," imbuhnya.

Baca juga: Diet Berbasis Waktu, Jalan Baru Menuju Pengendalian Parasit Malaria

Tafenonquine sejatinya sudah ada sejak 1970-an. Namun, setelah bekerja sama dengan Medicines for Malaria, GSK mengubah obat ini sehingga bisa memerangi parasit malaria di organ hati.

Langlah selanjutnya, obat ini harus ditinjau segenap regulator di berbagai negara tempat malaria jenis Plasmodium vivax berkembang biak dan menimbulkan masalah serius.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com