KOMPAS.com - Jumat (20/07/2018) pagi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mencatat terjadi 38 gempa susulan di selatan Malang.
Meski jumlah gempa susulan tersebut cukup banyak, BMKG menjelaskan bahwa aktivitas gempa ini masih tergolong wajar dan normal.
"Dalam ilmu gempa atau seismologi, aktivitas gempa seperti yang terjadi di selatan Malang ini disebut sebagai Gempa Tipe I menurut Kiyoo Mogi, ahli gempa jepang," ungkap Daryono, Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG kepada Kompas.com, Jumat (20/07/2018).
Gempa tipe I sendiri adalah aktivitas gempa yang diawali dengan gempa pendahuluan (foreshocks) kemudian terjadi gempa utama (mainshock) dan diikuti oleh serangkaian gempa susulan (aftershocks) yang cukup banyak.
"Gempa selatan Malang ini menjadi menarik karena mengingatkan kita dan menjadi penanda aktifnya zona megathrust di selatan Malang," ujar Daryono.
"Menyikapi hal ini tentu langkah paling tepat adalah mengedepankan sikap waspada dengan meningkatkan kapasitas diri, memperkuat mitigasi, tanpa rasa takut dan khawatir berlebihan," sambungnya.
Meski jumlah gempa susulan relatif banyak, Daryono menegaskan bahwa kekuatannya terus melemah. Selain itu, frekuensi kejadiannya juga semakin jarang.
Menurut pantauan BMKG, dari 38 aktivitas gempa susulan, kekuatan gempa terkecil berkekuatan megnitudo 3,2 dan yang terbesar magnitudo 4,9.
"Berdasarkan data ini tampaknya sangat kecil peluang akan terjadi gempa dengan kekuatan yang lebih besar dari gempa utamanya, di tempat tersebut," imbuhnya.
Baca juga: Benarkah Perilaku Hewan Bisa Jadi Tanda Gempa Bumi?
Untuk itu, pihak BMKG juga mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak perlu khawatir. Daryono juga menegaskan bahwa BMKG akan terus memonitor aktivitas gempa dan segera menginformasikannya pada masyarakat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.