Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan "Susu" Kental Manis Lagi, ASI Bahkan Bersaing dengan Air Gula

Kompas.com - 17/07/2018, 18:33 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

Kader kesehatan lain, Sri Armia Aditya Putri, menuturkan bahwa di Puskesmas Biluhu tempatnya berkarya, kesadaran kesehatan masyarakat secara umum  masih rendah.

Berada di wilayah pesisir, ikan segar seharusnya melimpah di Biluhu. Namun warga kadang mengasinkan segala macam ikan. Ini meningkatkan risiko hipertensi.

"Kalo cek tensi sering sekali menemui pasien-pasien yang tekanan darahnya tinggi. Masalah lagi kadang-kadang kita tidak bisa tindaklanjuti dengan terapi karena obatnya kadang tidak ada," terangnya.

Oktabela Pangesti yang juga bekerja di Puskesmas Biluhu menuturkan, masyarakat hampir tidak mengonsumsi buah dan sayur.

Akibatnya, status nutrisi warga rendah. "Yang jual sayur saja jarang. Makanya angka stunting di sana cukup tinggi," ungkapnya yang juga pernah bekerja di wilayah perbatasan Kalimantan Utara dan Malaysia.

Kader kesehatan seperti Rinaldi, Sri, dan Okta mengusulkan perbaikan infrastruktur desa agar mempermudah kerja mereka mengedukasi warga.

Baca juga: Inilah Pria Pertama yang Menyusui Bayinya

"Dulu di Kalimantan Utara, pernah malah harus berjalan 8 jam, kadang melewati banjir setinggi pundak dan lumpur etinggi lutut," ujarnya.

Pesan Menteri Kesehatan

Lewat gerakan "Germas" dan kampanye "Isi Piringku", Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran kesehatan.

Dalam kunjungan ke SMK Negeri 1 Limboto di Gorontalo, Nila menuturkan perlunya tablet tambah darah untuk mengatasi kekurangan darah serta pendidikan reproduksi.

Tablet tambah darah mengurangi risiko stunting dengan mencegah calon ibu alami gizi buruk. Pemberian tablet tambah darah diatur lewat Permenkes No 88 tahun 2014 dan Surat Edaran Kemenkes RI HK.03.03/V/0595/2016.

"Kalau negara kita mau maju memang dimulai dari masa remaja karena itu yang menentukan kesehatan keluarga dan keturunan kalian," pesan Nila pada remaja SMK tersebut.

Dalam kunjungan ke Desa haya-haya, Gorontalo, Menkes juga mengajak siapa pun untuk memperhatikan status gizi ibu dan bayi.

"Jangan lupakan asupan protein. Gorontalo banyak ikan yang bisa jadi asupan protein yang baik," demikian pesannya pada warga.

Di desa Haya-haya, terdapat Pos Gizi yang berfungsi sebagai tempat terapi balita dengan gizi buruk. Balita diberi pangan sehat selama 12 hari dan sang ibu diberi pengetahuan soal pangan.

Untuk pemenuhan gizi, Menkes juga menggarisbawahi penggunaan pangan lokal. "Gorontalo punya banyak jenis pisang, jagungnya juga enak bisa jadi asupan karbohidrat," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau