Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca Kasus Thailand, Manusia Tidak Dilahirkan untuk Selusur Goa

Kompas.com - 12/07/2018, 12:17 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Tapi kalau kita sekedar bersenang-senang dan mengambil hewan yang hidup di dalam, nah itu kita sudah menjadi bagian yang merusak ekosistem goa.

Tidak jarang upaya konservasi melibatkan sektor pariwisata. Tapi bagaimana kegiatan pariwisata goa bisa digalakkan tanpa merusak ekosistem lokal?

Pengembangan goa sebagai tujuan wisata harus dimulai dari hulu hingga ke hilir. Tidak hanya kita bicara mengenai guanya saja, tetapi juga instrumen sebagai bagian dari wisata goa, baik SDM, infrastruktur, dan rencana jangka panjang buat mengurangi dampak aktivitas manusia.

Misalnya ketika sebuah gua dibuka untuk tujuan wisata, kita harus tahu kondisi alami gua tersebut, mulai dari temperatur, kelembapan udara hingga kadar Co2.

Kita juga harus mendata semua biota yang hidup di dalamnya. Sehingga dalam proses perencanaan kita sudah tahu apakah areanya bisa dibuka atau malah harus ditutup. Kalau kita tidak punya data dan informasi tersebut, kita hanya akan mempercepat laju kepunahan spesies yang hidup di dalam gua.

Cahyo Rahmadi adalah ketua umum Masyarakat Speleologi Indonesia (ISS). Ia terutama aktif di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk bidang penelitian Biologi, Zoologi dan Biosistematik Invertebrata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com