"Menariknya, paparan pada asap rokok di usia dini tampaknya memperburuk efek kerusakan sebelum dilahirkan," ujar Pezzoli, yang tidak terlibat studi ini, lewat email.
Permasalahan Lain
Saat para wanita hamil merokok, tindakan tersebut dapat menghambat pertumbuhan otak janin dan berakibat pada disfungsi kognitif indra pendengaran, ujar Pezzoli.
Merokok juga dapat merusak reseptor sensor di telinga yang meneruskan pesan ke otak berdasarkan getaran suara.
Secara global, sekitar 68 juta orang menderita kehilangan fungsi pendengaran dan diperkirakan berawal sejak masa kanak-kanak mereka, ujar Koji Kawakami dari Kyoto University dan para koleganya dalam jurnal Paediatric and Perinatal Epidemiology.
Para peneliti mengkaji kemampuan indra pendengaran anak-anak ini dengan mengimplementasikan apa yang disebut dengan uji bisik. Untuk keperluan tes ini, ibu-ibu mereka berdiri di depan anak-anak ini untuk mencegah anak-anak ini membaca gerakan bibir ibunya.
Kemudian ibunya membisikkan satu kata sementara salah satu telinga anak-anak ini ditutup.
Meskipun tes ini dianggap cara akurat untuk mengkaji kemampuan indra pendengaran pada orang dewasa dan anak-anak yang berusia lebih besar, ada kekhwatiran mengenai seberapa besar hasil tes terhadap anak-anak ini bisa diandalkan.
Tes ini dianggap lebih andal apabila dilakukan oleh praktisi klinik terlatih dan spesialis. Dengan kata lain, tes tersebut dianggap kurang handal apabila dilakukan oleh para pengasuh, ujar para peneliti.
Baca juga: Asap Shisha Lebih Polutan ketimbang Asap Rokok
Sayangnya, masih belum jelas seberapa akurat hasil studi ini berdasarkan berbagai uji yang dilakukan oleh orang tua anak-anak itu, demikian pengakuan dari para peneliti.
Studi ini juga bukan sebuah eksperimen terkendali yang dirancang untuk membuktikan kebenaran dan bagaimana paparan asap tembakau pada masa kehamilan atau bayi secara langsung menyebabkan kerusakan pada indra pendengaran anak-anak.
"Belum ada evaluasi medis yang standar terkait indra pendengaran atau pengujian terhadap telinga oleh spesialis telinga," ujar Dr. Michael Weitzman, seorang dokter spesialis anak dan peneliti indra pendengaran di New York University yang tidak ikut serta dalam studi ini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.