Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terbukti, Konsumsi Tinggi Garam Perbesar Risiko Kematian Pengidap Hipertensi

Kompas.com - 23/06/2018, 18:06 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Selama ini, makanan terlalu asin atau tinggi garam dihindari oleh para pengidap hipertensi.

Tapi, pertanyaan yang sering muncul, apakah ada hubungan liner tentang konsumsi garam dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular atau kematian pada penderita darah tinggi?

Sebuah penelitian oleh tim dari Brigham and Women's Hospital (BWH) baru-baru ini juga menguji pertanyaan tersebut.

Penelitian yang dipublikasikan dalam International Journal of Epidemiology ini berusaha memperkirakan secara akurat ukuran sodium (garam) yang tepat bagi seseorang.

Pentingnya Mengukur Asupan Garam

"Sodium terkenal sulit diukur," ungkap Nancy Cook, ScD, ahli biostatistik di Departemen Kedokteran BWH dikutip dari Science Daily, Jumat (22/06/2018).

"Sodium tersembunyi - Anda sering tidak tahu berapa banyak yang Anda makan, yang membuatnya sulit untuk memperkirakan berapa banyak seseorang mengkonsumsinya dalam kuesioner diet," sambung Cook.

Untuk itu, Cook dan timnya mengukur ekskresi sodium. Menurutnya, ini merupakan ukuran terbaik.

"Ada banyak cara menghitungnya (ekskresi sodium). Dalam penelitian kami, ada beberapa langkah yang digunakan untuk mendapatkan gambaran lebih akurat," kata Cook.

Salah satu cara mengukur asupan sodium dapat diukur menggunakan tes noda. Cara ini untuk menentukan berapa banyak garam yang telah diekskresikan dalam sampel urine seseorang.

Sayangnya, kadar sodium dalam urine bisa berfluktuasi sepanjang hari karena berkaitan makanan yang dikonsumsi.

Baca juga: Saran Dokter, Kurangi Garam untuk Cegah Penyakit Ginjal di Usia Muda

Maka, untuk keakuratan, meminta sampel urine seseorang dalam kurun waktu 24 jam penuh perlu dilakukan agar mendapatkan ukuran asupan sodium yang akurat.

Selain itu, konsumsi sodium juga berbeda dari hari ke hari. Artinya, cara terbaik mendapat gambaran lengkap asupan sodium adalah mengambil sampel pada beberapa hari.

Tim ini kemudian memutuskan menggunakan titik sampel dan rumus Kawasaki untuk menilai asupan sodium seseorang.

Tak hanya dari satu cara tersebut saja, tim juga menggunakan metode standar emas pada rata-rata sampel ganda yang tidak berurutan.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau