Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Temukan Alasan Keganjilan Rotasi Planet Venus

Kompas.com - 19/06/2018, 18:06 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber SPACE.COM

KOMPAS.com - Selama bertahun-tahun, para ilmuwan tak pernah sepakat tentang berapa lama waktu satu hari di Venus. Tapi, kini sebuah penelitian menjawab hal tersebut.

Planet Venus diketahui berputar sangat lambat. Sekali revolusi atau perputaran Venus mengelilingi Matahari membutuhkan waktu 243 hari.

Sedangkan waktu rotasinya bervariasi.

Menurut penelitian baru, sementara planet itu berubah perlahan, atmosefernya bergerak secara dramatis lebih cepat.

Hal ini menyebabkan rotasi penuh Venus hanya membutuhkan waktu empat hari Bumi.

Sayangnya, kita tidak bisa mengikuti perubahan rotasi planet tersebut. Ini menyebabkan para ilmuwan tidak dapat menjelaskan mengapa tingkat rotasinya berubah.

Namun, berkar gambar dari pesawat ruang angkasa Akatsuki miliki Badan Antariksa Jepang (JAXA), para peneliti berpikir mereka menemukan alasan variasi tersebut.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience, Senin (18/06/2018), para peneliti menunjukkan bagaimana interaksi antara atmosfer Venus yang bergerak cepat dengan permukaannya bisa mengubah kecepatan putaran planet.

Interaksi tersebut ditandai oleh aktivitas gunung api dan pegunungan di tetangga Bumi itu.

Dalam laporan penelitian itu, Akatsuki melihat struktur atmosfer berbentuk busur besar di Venus.

Pesawat antariksa ini memperlihatkan bahwa struktur tersebut terus menghilang dan muncul kembali di lokasi yang sama.

Baca juga: Penelitian Baru: Ada Mikroba yang Mungkin Hidup di Venus

Lokasi tersebut tepat di atas gunung di permukaan planet kedua terdekat dari Matahari itu.

Ketika para peneliti pertama kali mempelajari struktur tersebut, mereka menduga bahwa itu adalah gelombang gunung yang bergerak cepat.

Gelombang gunung yang dimaksud adalah gelombang gravitasi atmosfer yang diciptakan oleh elemen topografi seperti gunung dan angin yang mengalir di atasnya.

Namun, memotret permukaan Venus bukan perkara mudah. Selain karena rotasi planet yang bervariasi, ada pula alasan lain sulitnya mengambil foto planet ini.

"(Permukaannya) tersembunyi di balik awan tebal permanen," ungkap Thomas Navarro, penulis penelitian ini dikutip dari Space.com, Senin (18/06/2018).

Hal itu membuat para peneliti kesulitan memahami fenomena ganjil ini.

Tapi para peneliti tak kehabisan akal. Menggunakan gambar berbagai panjang gelombang dari Akatsuki, mereka mampu mendapatkan citra yang jelas dari stuktur berbentuk busur tersebut.

Citra tersebut membuat mereka bisa mengonfirmasi keberadaan gelombang gunung.

Dengan citra tersebut, para peneliti juga mampu menjelaskan bagaimana gelombang gunung menyebabkan Venus berputar dengan kecepatan bervariasi. Rahasianya terletak pada arah angin yang mengalir ke hulu dan hilir melawan gunung.

"Secara keseluruhan, gaya total yang diberikan gunung, dan seluruh badan planet mengikuti," kata Navarro.

"(Dengan ini, para peneliti) memahami bagaimana momentum sudut ditransfer antara badan padat planet Venus dan atmosfer," ujar Navarro.

Baca juga: Kota Melayang di Venus, Ambisi Baru Pria yang Ingin Buat Koloni di Mars

Artinya, karena para peneliti telah mengonfirmasi struktur misterius di Venus adalah gelombang gunung, mereka bisa mempelajarinya lebih baik.

"(Terutama tentang) bagaimana atmosfer dan badan planet yang padat bisa saling mempengaruhi, dan mengapa Venus seperti itu," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber SPACE.COM
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com