Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangkal "Cyber-bullying", Sistem Baru Ini Lebih Cepat dan Akurat

Kompas.com - 15/06/2018, 17:09 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ahli berhasil menciptakan sistem untuk melacak kekerasan siber di media sosial. Hal ini sangat membantu para orangtua dalam melindungi anak-anak.

Para ahli di Universitas Colorado Boulder di Amerika menangkap keresahan orangtua di zaman milenal ini, yaitu maraknya aksi perundungan di internet yang mengancam anak-anak mereka.

Untuk itu, para ahli menciptakan sistem yang daya komputasinya lima kali lebih efektif dan efisien untuk memberikan sinyal kepada orangtua dan administrator jaringan ketika muncul serangan siber di sebuah akun.

Selain lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan perangkat yang sudah ada saat ini, sistem baru ini dapat memantau jaringan sebesar Instagram secara efisien. Kemampuan ini sangat menghemat daya kekuatan server.

"Tanggapan dari jaringan media sosial terhadap berita palsu baru-baru ini mulai meningkat, meskipun butuh konsekuensi serius untuk mencapai titik itu. Respons serupa juga harus diberikan terhadap perundungan di dunia maya," kata Richard Han, profesor dari UC Boulder.

Baca Juga: Media Sosial "Merusak" Ingatan, Kok Bisa?

Dikutip dari Financial Express, Selasa (12/6/2018), Han menjelaskan cara kerja sistem tersebut mirip dengan ruang perawatan di rumah sakit.

Ketika seorang pengguna mengunggah posting baru, sistem akan memindai komentar-komentar yang muncul dalam unggahan baru tersebut.

Jika sistem mendeteksi ada komentar yang patut dipertanyakan, maka komentar tersebut akan diselidiki lebih dalam dan diteliti ulang. Namun, jika komentar tampak biasa dan aman, maka sistem akan meloloskannya.

“Tujuan kami adalah fokus pada sesi yang paling rentan. Kami sebetulnya masih terus memantau semua sesi, tetapi kami memantau sesi-sesi yang rawan bermasalah," kata Han.

Untuk menguji dalam data dunia nyata, para peneliti memilih Vine, platform berbagi video yang sekarang sudah tidak berfungsi, dan Instagram.

Alasan para ahli memilih dua platform jaringan tersebut karena data mereka tersedia untuk umum.

Para peneliti menghitung bahwa alat mereka dapat memonitor lalu lintas di Vine dan Instagram secara real time, dan mendeteksi perilaku kekerasan di dunia maya dengan akurasi 70 persen.

Pendekatan ini juga dapat mengirimkan sinyal peringatan dalam waktu dua jam setelah terjadi penyalahgunaan, dimana kinerja ini lebih maju daripada perangkat lunak yang tersedia saat ini.

Baca Juga: Media Sosial Ternyata Justru Memicu Kecemasan

Sementara itu, para peneliti juga merilis aplikasi Android gratis bernama BullyAlert yang memungkinkan orangtua untuk menerima sebuah peringatan ketika anak-anak mereka menjadi korban kekerasan siber di Instagram.

Aplikasi ini dapat mengakomodasi keinginan para orangtua terkait batasan sejauh mana sebuah komentar dianggap tindakan bullying, kata para peneliti.

"Sebagai orangtua, saya tahu bahwa banyak kali kita tidak sepenuhnya mengetahui apa yang dilakukan anak-anak kita di jejaring sosial mereka," kata Shivakant Mishra, seorang profesor di UC Boulder.

"Sebuah aplikasi yang memberi tahu kami ketika ada masalah yang sedang terjadi, tentunya sangat tidak ternilai," kata Mishra.

Sementara itu, untuk membangun tool box perangkatnya, para peneliti merancang program komputer agar dapat memisahkan antara komentar online yang jinak dan yang mengandung kekerasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau