KOMPAS.com - Bayi Iffah Latifa berbaring lemas di ruang perawatan PICU (pediatric intensive care unit) di salah satu rumah sakit ibu dan anak di Bogor, Jawa Barat.
Kabel-kabel dan jarum infus menempel di tubuh bayi perempuan berusia 14 bulan itu.
Sejak 17 Mei 2018, Iffah harus dirawat di rumah sakit karena ia terus-menerus mengalami kejang. Bayi kedua dari pasangan Nita Yaswati dan Ardian Susanto ini awalnya dikira menderita epilepsi.
Belakangan, hasil pemeriksaan lengkap menunjukkan Iffah terinfeksi bakteri Menigoensefalitis atau radang selaput otak.
Nita yang dihubungi Kompas.com bercerita, awalnya Iffah hanya menunjukkan batuk pilek biasa.
"Dugaan saya karena tertular teman mainnya. Tapi, makin lama makin parah karena selain pilek, mata iffah juga banyak lendir hijau. Ia demam tapi suhunya tidak terlalu tinggi," katanya.
Nita pun membawa Iffah ke dokter anak dan didiagnosis flu dan radang tenggorokan. Kondisinya membaik dua hari kemudian setelah meminum obat.
Karena kondisinya mulai membaik, Iffah sempat diajak orangtuanya menengok neneknya di Jakarta. "Kondisi Iffah sangat aktif, nafsu makan juga bagus. Tapi pada malam hari Iffah rewel," katanya.
Iffah pun kembali demam dan sulit tidur. Khawatir dengan kondisi putrinya, keesokannya Nita kembali memeriksakan Iffah ke dokter dan dilakukan cek darah. Hasilnya, kadar leukosit dan trombositnya di atas standar.
"Saat itu saya khawatir Iffah kena penyakit Kawasaki karena ada anaknya teman yang sakit itu juga. Dokter lalu memberi obat antibiotik dan antijamur karena di lidah dan dinding mulut Iffah banyak jamurnya," tutur Nita.
Baca juga: 4 Hal yang Harus Dilakukan Saat Bayi Demam
Karena demam Iffah tidak turun juga, ia kembali dibawa ke dokter. Namun, lagi-lagi karena dokter tidak menemukan gejala fisik serius, hanya disarakan untuk melanjutkan obat yang sudah diresepkan.
"Pada malam harinya Iffah susah tidur. Gelisah dan bagian kepalanya hangat, sedangkan tangan dan kakinya dingin. Setiap 4 jam saya kasih obat penurun demam," katanya.
Perasaan Nita mengatakan ada yang tidak beres pada kondisi bayinya, karena saat menyusui cara menyusui Iffah tidak seperti biasanya.
"Hanya seperti mengecap-ngecap, tidak ada reaksi menyedot. Ketika saya lihat kepala Iffah mengarah ke belakang dan bola matanya tidak terlihat," katanya.
Menurut Nita, sebenarnya saat itu Iffah sudah kejang, tapi ia tidak menyadarinya karena tidak ada riwayat kejang sebelumnya pada kedua anaknya.
"Suhu tubuh Iffah ketika demam 37,5-38 derajat. Saat itu saya bawa ke IGD dan ia kembali kejang, padahal suhu tubuhnya normal," tuturnya.
Baca juga: Waspadai Meningitis jika Muncul Gejala Ini
Iffah akhirnya dirawat inap dengan diagnosis radang tenggorokan dan kejangnya disebut karena demamnya.
Karena Iffah terus mengalami kejang, dokter melakukan pemeriksaan otak EEG dan diketahui ada pelepasan gelombang secara abnormal. Iffah pun didiagnosis terkena epilepsi.
"Setelah itu kondisi Iffah terus menurun. Iffah terus mengantuk dan lemas. Kemudian timbul gerakan tangan, kepala, dan mata, yang terus menerus. Di sini yang curiga ada yang salah dengan otak Iffah karena epilepsi seharusnya tak separah itu," katanya.
Keesokan harinya, pada tanggal 24 Mei, Iffah kejang selama 30 menit tanpa berhenti. Ia pun dimasukkan ke PICU. Untuk menghentikan kejangnya, Iffah diberikan obat kejang dengan dosis lebih tinggi.
Namun, Nita menuturkan efek samping dari obat tersebut bisa melemahkan organ pernapasannya. Untuk mencegahnya, Iffah akan dipasang ventilator atau alat bantu napas.
Pemeriksaan kemudian dilanjutkan dengan tes MRI dan fungsi lumban. Penyakit Iffah mulai menunjukkan titik terang, hasil MRI menunjukkan otak kiri Iffah terkena virus meningoenchepalitis.
"Kata dokter infeksinya di selaput otak dan otak besar," tutur Nita.
Nita mengatakan, sejak lahir kondisi Iffah sehat dan normal. Vaksinasi pun ia lakukan sesuai jadwal dokter.
Penggalangan Dana
Saat ini Nita dan keluarga masih menunggu kesembuhan Iffah. Namun, masalah biaya pengobatan menjadi kerisauannya karena selama ini perawatan Iffah masih memakai biaya pribadi.
"Sejak Agustus tahun lalu suami saya berhenti bekerja, jadi kami tidak punya BPJS," katanya.
Upaya untuk penggalangan dana dilakukan oleh beberapa sahabat Nita melalui Kitabisa.org.
Raisha Wirapersada, penggagas penggalangan dana tersebut menargetkan dana Rp 200 juta.
"Perhitungannya karena menurut dokter supaya bisa sembuh Iffah harus dirawat intensif 1-2 tahun ke depan. Kami juga sempat dengar ada obat yang harus dibeli sampai Rp 30 juta. Perhitungannya dari biaya-biaya itu, termasuk untuk kamar PICU," kata Raisha kepada Kompas.com
Sampai tanggal 29 Mei ini, dana yang terkumpul baru mencapai Rp 9 juta.
"Saya berharap banyak yang tergerak untuk membantu. Sambil jalan Nita pun sedang mengurus pembuatan BPJS, tapi biaya yang harus dikeluarkannya masih banyak," ujarnya.
Baca juga: Menteri Kesehatan Tolong Kirim Vaksin Meningitis, Kami Mau Umrah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.