Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/05/2018, 20:05 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Serangan virus mematikan kembali mengancam kita. Virus langka bernama Nipah ini dianggap sebagai virus yang berbahaya karena belum ada obat maupun vaksin yang bisa digunakan sebagai pencegahan.

Bukan hanya itu saja rata-rata tingkat kematian pada korban akibat terinfeksi Nipah bisa dibilang tinggi, mencapai 75 persen.

Statistik ini menunjukkan bahwa Nipah berpotensi menjadi pandemi mematikan. Itu sebabnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukan Nipah dalam daftar prioritas penelitian penyakit yang mendesak dilakukan, selain penyakit seperti Ebola dan SARS.

Kini, Nipah diketahui menyerang kota Kerala, India selatan. Sembilan orang dilaporkan telah meninggal, 3 orang diantaranya positif terkena virus Nipah, sementara 6 orang lainnya masih diuji. Lalu, 25 korban lain yang diduga terinfeksi virus sedang dirawat di rumah sakit.

Baca juga: Ilmuwan: Triliunan Virus Jatuh dari Langit Setiap Hari

Penyebaran Virus

Virus ini sendiri diketahui ditularkan melalui kelelawar buah ke spesies lain, termasuk di antaranya adalah manusia.

Nipah pertama kali muncul di Malaysia pada tahun 1998. Saat itu, ada sekitar 265 orang terinfeksi dengan penyakit aneh yang menyebabkan ensefalitis atau peradangan otak setelah bersentuhan dengan babi atau orang sakit.

Ketika infeksi menular dari babi ke manusia, pihak berwenang membunuh lebih dari satu juta babi untuk mencoba menghentikan penyebaran penyakit. Namun terlambat, serangan wabah itu membuat 105 orang meninggal.

Sejak kejadian itu, sejumlah kejadian wabah lebih kecil ditemukan di India dan Bangladesh yang memakan korban hingga 211 orang.

Peneliti segera mengidentifikasi beberapa spesies kelelawar buah sebagai inang alami dari virus. Dalam beberapa kasus, manusia terinfeksi setelah minum nira dari pohon kurma yang mungkin telah terkontaminasi oleh kelelawar.

Begitu juga pada 3 pasien meninggal di India. Laporan BBC menyebut jika ditemukan mangga yang telah digigit kelelawar di ketiga rumah pasen yang meninggal tersebut.

Kontak dengan hewan atau orang sakit juga dapat membantu penyebaran virus. Salah seorang korban meninggal juga diketahui merupakan perawat. Sebuah studi tentang transmisi virus Nipah mengungkapkan jika air liur pasien yang terinfeksi cenderung menyebarkan infeksi.

Baca juga: Ilmuwan Sebut Virus Bukan Musuh Kita, Kok Bisa?

Gejala Infeksi Virus Nipah

Gejala Nipah bervariasi. Banyak pasien awalnya mengalami demam dan sakit kepala, diikuti oleh rasa kantuk dan kebingungan.

Beberapa pasien juga menunjukkan gejala seperti flu ketika terinfeksi. Gejala itu kemudian berkembang, korban infeksi bisa mengalami koma selama satu atau dua hari.

Sementara korban yang selamat dari infeksi awal dapat memiliki masalah kesehatan sepanjang hidupnya, termasuk perubahan kepribadian dan kejang terus menerus. Dalam beberapa kasus, virus bisa kembali aktif setelah beberapa bulan atau tahun semenjak terinfeksi dan menyebabkan kematian.

Kini, penting untuk mengidentifikasi kasus Nipah lainnya dan memastikan bahwa penyakit tidak terus menyebar.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com