Meski begitu, anjing memiliki lebih banyak sel batang atau sel punca dibanding manusia. Sel ini sangat sensitif terhadap cahaya yang membuat penglihatan di malam hari lebih tajam.
Sementara itu, warna yang dilihat kucing tidak sama seperti yang kita lihat. Misalnya, warna ungu akan terlihat lebih biru, sedangkan merah dan merah muda akan tampak kehijauan.
Baca juga: 9 Mitos Soal Otak yang Tak Boleh Dipercaya Lagi
4. Kadar candu gula sama dengan kokain
Buku best seller berjudul Fat Chance yang pertama kali diterbitkan 2009 oleh Dr. Robert Lustig, tertulis gula dapat menstimulasi bagian otak yang berfungsi menangggapi penghargaan sama seperti kokain, heroin, dan alkohol.
Mungkin gula memang menjadi pemicu dopamin, namun hingga saat ini belum ada penelitian ilmiah yang dilakukan dengan menggunakan pencitraan sistem saraf yang mendukung klaim Lustig tersebut.
Mungkin klaim ini dapat dibuktikan secara ilmiah dalam waktu dekat, namun tidak untuk saat ini.
5. Anak perempuan mewarisi sifat ibu dan lelaki mewarisi sifat ayah mereka
Mempelajari warisan gen memang menarik, tetapi terkadang membingungkan. Misalnya, ada anggapan anak perempuan mewarisi gen dari ibu saja dan anak laki-laki dari ayah. Lalu, seorang anak akan mewarisi separuh sifat ayah dan separuh sifat ibu.
Faktanya, sifat seseorang akan diperoleh dari gen siapa pun yang lebih dominan, baik ayah atau ibu. Dominasi gen tersebut tidak mempertimbangkan jenis kelamin dan asal gen.
6. Hiu dapat mencium satu tetes darah di air yang berada satu mil darinya
Ketahuilah, tidak ada hiu yang akan melesat begitu cepat menempuh jarak bermil-mil hanya untuk menggigit Anda.
Memang, hiu memiliki daerah otak yang sangat canggih untuk mendeteksi bau. Akan tetapi, satu tetes darah dibanding 10 miliar air laut? Tentu Anda bisa tebak.
Gambarannya seperti ini, tetesan tinta bolpoin jatuh ke kolam renang Olimpiade. Senyawa molekulnya maka akan menyebar dan tercampur dengan molekul lain di dalam kolam. Hal yang sama pun terjadi di lautan.
7. Manusia berevolusi dari simpanse
Sebaliknya, simpanse, gorila, dan manusia memiliki leluhur yang hidup bersama di Bumi sekitar enam sampai 10 juta tahun lalu.
Fosil yang baru saja ditemukan di Lembah Rift, Kenya mungkin merupakan benang merah kedekatan simpanse dan manusia. Untuk sementara, fosil tersebut diidentifikasi sebagai kera Nakali (Nakalipithecus nakayamai).
Jadi, seberapa erat hubungannya kita dengan simpanse? Kita berbagi 98,8% gen yang sama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.