KOMPAS.com - Bukti baru mengungkap jika keberadaan Hepatitis B ternyata jauh lebih lama daripada yang kita duga sebelumnya.
Hasil studi dari tim peneliti University of Copenhagen dan University of Cambridge ini menguak bahwa Hepatitis B sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu.
Peneliti berhasil menemukan DNA Hepatitis B pada manusia yang berasal dari Zaman Perunggu, sekitar 4.500 tahun lalu. Hal ini membuktikan jika penyakit mematikan di abad ke-6 ini menginfeksi manusia secara luas di seluruh Eurasia dari dahulu kala.
Hasil tersebut didapatkan dari analisis genom 304 individu yang hidup antara 7000 hingga 200 tahun yang lalu. DNA individu didapat dari sementum gigi dan petrosa (tulang padat) yang jadi bagian dari tulang temporal. Bagian-bagian ini lebih banyak melindungi DNA.
Baca juga: Bukan Tikus, Ternyata Inilah yang Menyebarkan Wabah Maut Hitam
Penelitian yang dipimpin oleh ahli genetika Eske Willerslev ini dibagi menjadi dua tim terpisah. Tim pertama mengurutkan genom dari 137 individu yang berasal dari Eurasia untuk melacak transisi dari masa ke masa.
Selanjutnya, tim kedua menggunakan pengurutan DNA studi pertama ditambah genom lain yang sudah diurutkan.
Dari analisis genom itu, akhirnya peneliti menemukan gen Hepatitis B, baik itu lengkap atau parsial, termasuk juga yang sudah punah pada 25 individu.
"Kami menunjukkan bahwa individu di seluruh Eurasia terinfeksi secara luas selama ribuan tahun. Meskipun usia sampel dan teks diagnostik tidak sempurna, namun data kami menunjukkan adanya proporsi yang tinggi terhadap Hepatitis B," jelas Willerslev.
Selanjutnya, peneliti membandingkan genom Hepatitis B manusia dengan non-manusia untuk melihat bagaimana virus berubah selama ribuan tahun.
"Ini masih menjadi masalah bahkan hingga hari ini. Sudah banyak diskusi mengenai tingkat mutasi virus ini. Beberapa sudah bermutasi di masa lalu dan beberapa mutasi mungkin bisa terjadi lagi," kata Willerslev.
Baca juga: Kena Penyakit Langka, Tulang-tulang Perempuan Ini Lenyap
Temuan ini tentu saja membantu memberikan informasi baru, termasuk mengungkapkan kompleksitas dalam evolusi Hepatitis B yang tidak dapat disimpulkan berdasarkan galur kontemporer semata.
Tapi ada juga faktor-faktor lain yang juga berperan selama ini, semisal lingkungan, migrasi, bahkan pengetahuan medis juga dapat mempengaruhi evolusi ini. Soal migrasi, peneliti menyebut adanya kemungkinan rute migrasi wabah yang berawal dari Mongolia.
Pada gilirannya nanti, studi ini pun akhirnya bisa membantu memprediksi bagaimana virus dapat bermutasi. Sebab, semakin banyak DNA yang diurutkan akan semakin memberikan gambaran yang lebih jelas.
Studi mengenai Hepatitis B ini telah diterbitkan di Nature.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.