Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehamilan dengan Lupus, Ini yang Harus Anda Ketahui

Kompas.com - 11/05/2018, 17:07 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tubuh punya kemampuan melawan benda asing yang dianggap musuh. Sayangnya, imunitas tersebut bisa berbalik menyerang bagian tubuh tertentu jika individu mengidap lupus.

Salah satu bagian yang terserang adalah sel fosfolipid. Jika ini terjadi pada perempuan, ia akan rentan mengalami keguguran berulang.

Demikian dikatakan dokter peyakit dalam dari Divisi Reumatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Sumariyono, seusai temu media yang dihelat Kemenkes, di Jakarta, Selasa (8/5/2018).

“Abortus itu dipicu oleh sindrom antifosfolipid. Antibodi bertarung dengan fosfolipid,” ujarnya.

Sindrom tersebut membuat darah mudah menggumpal di semua bagian tubuh. Lalu bila para perempuan hamil, koagulasi akan berlangsung di plasenta.

Baca juga : Lupus Nefritis Mengancam, Perempuan Harus Lebih Waspada

“Jika plasenta membeku, hubungan antara janin dan ibu terganggu. Sebab ada trombosis atau sumbatan darah,” imbuhnya.

Akibatnya, proses vaskularisasi atau pemberian makanan yang disalurkan lewat plasenta dari ibu ke anak terhambat. Inilah yang berujung pada keguguran.

Lantas, apa yang mestinya dilakukan ibu hamil dengan lupus?

Menurut Sumariyono, sebaiknya memang sebelum hamil harus dipastikan dulu penyakit lupus sang ibu telah mengalami remisi.

Istilah tersebut merujuk pada lupus yang sudah terkendali, sehingga pengidapnya dalam keadaan normal atau tidak sakit. Walaupun demikian, tetap ada peluang untuk kambuh lagi karena lupus tidak bisa disembuhkan.

“Setelah enam bulan terkendali, baru boleh program hamil,” kata Sumariyono.

Baca juga : Terlalu Banyak Lemak Baik Bisa Turunkan Imunitas Tubuh

Selain itu, dipastikan juga bahwa tidak ada sindrom antifosfolipid. Apabila masih ada, dokter akan meresepkan aspirin untuk memperbaiki kemampuan antibodi.

“Lalu untuk temuan darah yang membeku, akan dikurangi dengan pemberian heparin,” imbuhnya.

Kemudian, selama masa kehamilan ibu hamil tetap tidak boleh lepas mengonsumsi obat imunosupresan tapi dengan kadar rendah dan jenis tertentu, supaya sistem autoimun bisa diatur.

Untuk menentukan hal tersebut, sebaiknya ada konsultasi tiga pihak antara pasien, dokter kandungan, dan dokter yang menangani lupus perempuan tersebut. Dua dokter tersebut mesti mempertimbangkan obat yang aman bagi janin yang dikandung maupun sang ibu.

“Sebab ada dokter kandungan yang tidak mengizinkan pemberian steroid. Sejauh ini yang relatif aman untuk ibu hamil yakni azathiophrine,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau