KOMPAS.com - Ilmuwan Jerman sedang mengembangkan chip yang memiliki fungsi seperti hidung manusia. Chip ini cukup kecil untuk bisa digunakan dalam smartphone atau ponsel pintar dan memiliki kemampuan untuk mengendus bau lebih cepat dibandingkan hidung manusia.
Ilmuwan dari Institut Teknologi Karlsruhe (KIT) sedang bekerja menyiapkan chip, yang diberi nama "smelldect" ini, agar bisa melakukan tes pasar sesegera mungkin. Mereka juga berencana untuk menyelesaikan proyek ini pada akhir tahun.
Chip "smelldect" diyakini bisa mendeteksi terjadinya kebakaran kabel dalam suatu perangkat elektronik. Sistem yang sama pada alat pendeteksi asap juga diterapkan pada robot.
Baca juga: Gemar Cabut Bulu Hidung? Apapun Alasannya, Jangan Lagi Dilakukan
Selain itu, hidung artifisial ini juga bisa mengendus bahan makanan, seperti ikan atau buah-buahan di pasar swalayan. Hidung buatan ini bisa mendeteksi, dari bau, bahan makanan yang sudah tidak baik lagi atau hampir busuk.
Was riecht denn da? Elektronische #Nase erkennt unterschiedliche Gerüche
— KIT Karlsruhe (@KITKarlsruhe) April 26, 2018
Im Projekt „smelldect“ entwickeln Forscher*innen des KIT einen alltagstauglichen #Sensor, der frühzeitig Kabelbrände oder verdorbene Lebensmittel „riechen“ kann. https://t.co/sVMTnr9VIJ pic.twitter.com/VJfegxPI7f
Dalam akun Twitternya, KIT Karlsruhe mencuit, "Bau apa itu? Hidung elektronik mengenali berbagai macam aroma. Dalam proyek 'smelldect' para ilmuwan KIT mengembangkan sensor yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan berfungsi untuk mendeteksi kabel yang terbakar atau bahan makanan yang sudah busuk."
Untuk Sehari-hari
Hidung elektronik sebenarnya telah digunakan sejak puluhan tahun oleh industri makanan. Tetapi karya ilmuwan KIT ini adalah alat pertama yang cukup kecil untuk digunakan oleh individu dalam kehidupan sehari-hari.
Alat ini berukuran hanya beberapa sentimeter dan terdiri dari chip yang terbuat dari serat nano. Setelah dilakukan pengaturan, hidung artifisial bisa mendeteksi bau dalam waktu beberapa detik.
"Serat nano dalam hidung elektronik yang kami buat bereaksi terhadap campuran gas yang kompleks dan membentuk pola sinyal yang bisa mereka kenali", kata Martin Sommer, salah seorang ilmuwan dari KIT, pada kantor berita dpa.
Namun, hidung yang canggih ini masih harus terus dikembangkan untuk bisa mendeteksi bau-bauan dengan akurat. Sommer mengatakan, seringkali satu benda memiliki aroma yang bervariasi, seperti misalnya bunga mawar, yang berbeda baunya ketika kering dan basah.
"Oleh karena itu, sekarang kami melatih hidung artifisial ini untuk mengenali bau-bauan dalam kondisi yang spesifik," jelas Sommer.
Baca juga: Cegah Gangguan Hidung dengan Rutin Cuci Hidung
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.