KOMPAS.com - Isu soal Indonesia dalam ancaman gelombang panas yang mematikan, dibantah Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG). Ancaman gelombang panas di Indonesia belum terbukti secara ilmiah.
Berita yang dimuat dalam situs sebuah media online itu ditanggapi dengan 5 poin dalam keterangan resmi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), yang diterima Kompas.com pada Jumat (20/4/2018).
Pada poin pertama dan kedua, BMKG menegaskan bahwa berita tesebut merupakan berita daur ulang yang sudah terbit pada 20 Juni 2017 lalu.
Artikel berita tersebut dibuat berdasarkan makalah ilmiah karya Camilo Mora et al, dari Universitas Hawai, yang berjudul "Global risk of deadly heat", yang terbit pada jurnal Nature Climate Change pada 19 Juni 2017.
Menurut BMKG, pemberitaan tersebut terkesan bombastis dan tidak relevan dengan kajian ilmiah Mora. Dalam makalahnya, Mora menjelaskan dampak gelombang panas secara global, dan tidak menyebut secara khusus nama Indonesia.
Mora mengkaji data dari peristiwa gelombang panas yang terjadi di Eropa dan Amerika Utara, sebagian kecil India, China dan Australia.
BMKG menjelaskan Indonesia juga tidak dimasukan oleh Mora dalam melakukan kajian data peristiwa gelombang panas mematikan yang terjadi antara tahun 1980-2014.
Selain itu, BMKG menginformasikan bahwa gelombang panas yang berujung kematian belum pernah terjadi di Indonesia.
Baca Juga: Gelombang Panas Lucifer Menyerang, Suhu Eropa Capai 44 Derajat Celcius
Batas atas (threshold) suhu dan kelembaban udara yang digunakan Mora dalam makalah juga belum pernah dikaji secara ilmiah dampaknya bagi masyarakat di Indonesia.
Secara singkat makalah tersebut membahas tentang penurunan kemampuan manusia untuk bertahan dari panas yang diakibatkan kenaikan temperatur suhu karena perubahan iklim.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.