KOMPAS.com - Saat seseorang atau Anda terinfeksi malaria, sebenarnya nyamuk mengetahuinya.
Penelitian yang dilakukan ilmuwan Inggris menemukan bahwa nyamuk dapat menangkap bau manis dari penderita malaria. Bau ini meningkatkan minatnya untuk menggigit.
Hal tersebut telah dipaparkan dalam jurnal yang terbit di Proceedings of National Academy of Sciences, Senin (16/4/2018).
Lewat temuan ini, ilmuwan berharap dapat mengendalikan penyebaran parasit yang membunuh setengah juta orang di dunia per tahunnya.
Baca juga : Diet Berbasis Waktu, Jalan Baru Menuju Pengendalian Parasit Malaria
Dalam penelitiannya, tim memasang elektroda ke antena nyamuk yang berfungsi sebagai hidung mereka.
Elektroda ini untuk mengukur minat nyamuk pada 117 sampel bau kaki anak-anak.
Mereka menemukan bahwa bau yang paling menarik nyamuk untuk digigit adalah bau dari anak-anak yang sedang terinfeksi malaria.
Anak-anak yang terinfeksi malaria memiliki kandungan senyawa kimia bernama aldehida yang sangat tinggi. Saat seseorang mempunyai parasit penyebab malaria, parasit plasmodium, maka mereka juga punya senyawa aldehida yang sangat tinggi dalam keringat.
"Ini adalah temuan pertama yang menghubungkan malaria dengan bau kulit," kata penulis utama penelitian, Dr Ailie Robinson dari London School of Hygiene & Tropical Medicine (LSHTM), dilansir The Independent, Senin (17/4/2018).
"Kami membuktikan bahwa orang dengan malaria, produksi bahan kimia volatil di kulit diubah, dan bau baru ini tampaknya lebih menarik bagi nyamuk," imbuhnya.
Baca juga : Mengenal Sambiloto, Si Raja Pahit Penangkal Penyakit Malaria
Robinson dan tim berkata, mekanisme ini dapat mengembangkan parasit plasmodium untuk memaksimalkan peluang agar ditangkap nyamuk yang lewat.
Dengan menggunakan daya tarik nyamuk terhadap sinyal parasit aldehida, tim yakin dapat mengembangkan perangkap gelombang yang memancing nyamuk menjauh dari manusia atau mendeteksi infeksi.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa nyamuk dapat ditangkis dengan tidur di sebah ayam yang bulunya mengandung aroma kimia.
"Temuan inovatif seperti ini sangat penting dalam mengembangkan penelitian kami," kata profesor James Logan, peneliti senior di LSHTM.
"Langkah selanjutnya adalah memahami bagaimana parasit mengubah bau, pada tingkat molekuler, dan mengembangkan umpan baru untuk perangkap nyamuk berdasarkan senyawa baru yang menarik," imbuh Logan.
Logan yakin temuan mereka ini dapat dikembangkan sebagai alat baru untuk mendiagnosis infeksi malaria lewat deteksi bahan kimia dalam bau tubuh manusia yang terkait dengan infeksi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.