KOMPAS.com - Membayangkan tubuh digerogoti suatu penyakit saja sudah cukup tak menyenangkan. Apalagi jika, penyakit tersebut adalah bakteri pemakan daging.
Inilah yang menjadi epidemi di Australia beberapa waktu terakhir. Sebuah laporan yang diterbitkan Senin (16/04/2018) dalam Medical Journal of Australia menandai situasi serangan bakteri pemakan daging yang makin memburuk.
Jumlah kasus infeksi bakteri tukak buruli meningkat dari angka 182 di Victoria pada 2016 menjadi 236 kasus pada 2017. Tak hanya itu, kasus infeksi ini juga mulai menyerang kota Melbourne.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tukak buruli disebabkan oleh bakteri Mycobacterium ulcerans. Sayangnya, hingga saat ini penularan bakteri tersebut masih belum diketahui.
Baca juga: Terinfeksi Bakteri Pemakan Daging, Wanita Ini Sembuh Tanpa Cangkok
Ini juga menyebabkan alasan meningkatnya kasus di Australia tidak diketahui. Meski begitu, hipotesis menyebut bahwa infeksi ini disebarkan oleh nyamuk dan posum (hewan marsupial yang hidup di Australia, Papua Nuigini, dan Sulawesi).
"Hipotesis kami adalah bahwa penyakit ini disebarkan posum," ungkap Paul Johnson, seorang ahli Buruli ulcer yang tinggal di Victoria dikutip dari Newsweek, Senin (16/04/2018).
"Ini menular dari posum dan mencemari lingkungan lokal melalui kotoran mereka termasuk mencemari nyamuk, dan orang-orang banyak tertular dari gigitan serangga, dan mungkin langsung dari posum," imbuhnya.
Sebenarnya, bakteri itu sendiri tidak memakan daging seperti julukannya.
Namun, bakteri ini melepaskan racun yang menghancurkan jaringan kulit. Inilah yang menyebabkan luka di tubuh.
Apalagi, luka akibat bakteri ini bisa terjadi di bagian tubuh mana saja. Meski, biasanya luka paling ekstrem terjadi bagian bawah atau atas.
Perlu diketahui, infeksi bakteri ini paling umum terjadi di daerah beriklim ropis, sub-tropis, dan sedang.
Gejala awalnya adalah benjolan tanpa rasa nyeri pada tubuh. Benjolan ini dengan cepat berkembang menjadi sebuah luka.
Kondisi ini bisa diobati dengan antibiotik asalkan didiagnosis denga cepat. Jika tak mendapat perawatan yang tepat, infeksi ini bisa menjadi cacat fisik bahkan kelainan bentuk tulang.
Baca juga: Apakah Anda Berisiko Terpapar Bakteri Pemakan Daging?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.