Masyarakat baru tergerak mengecek ketika dia menjadi korban. Padahal upaya pemantauan yang terus-menerus ke media sosial resmi milik instansi terkait bisa menangkal hoaks dan simpang siur informasi.
“Ketika gempa dirasakan, baru mau cek media sosial BMKG. Sekarang udah ada kemudahan padahal, tidak seperti dulu lewat SMS,” ujarnya menyayangkan.
Untuk itu, BMKG dan pihak terkait diharapkan menggandeng media massa untuk menyebarluaskan berita terbaru dan terkini soal gempa dan tsunami guna mengakomodasi masyarakat yang tidak tersentuh atau tidak mengikuti media sosial BMKG.
“Namun tetap dengan panduan informasi peringatan dini tsunami bagi lembaga penyiaran Indonesia yang harus dipatuhi,” tegasnya.
Ketika gempa dan tsunami, televisi harus langsung menghentikan sementara acara yang tengah tayang, minimal dalam bentuk running text. Sedangkan jika siaran radio langsung memutus program lalu diumumkan tentang informasi soal gempa dan potensi tsunami.
Baca juga : Katanya Bisa Memicu Tsunami Besar, Apa Sebenarnya Megathrust?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.