Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Planet Trappist-1 Terlalu Basah, Harapan Mencari Alien di Sana Kandas

Kompas.com - 22/03/2018, 20:35 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Selama ini, pencarian makhluk hidup di planet asing sering kali dimulai dengan pencarian air.

Dalam jurnal Nature Astronomy, planet ektrasurya yang mengelilingi bintang Trappist-1 ditemukan memiliki air setelah para peneliti mengamatinya dari jarak 39 tahun cahaya.

Berdasarkan ukuran dan kepadatannya, planet-planet ini memiliki ukuran seperti bumi tetapi jauh lebih ringan. Perbedaan massa tersebut hanya bisa disebabkan oleh air yang lebih berat dari gas, tetapi lebih ringan dan tidak sepadat batu.

Sayangnya, air yang ada di planet sekitar Trappist-1 berada pada jumlah yang terlewat banyak untuk menyokong kehidupan.

Bumi sendiri mungkin terlihat seperti planet yang basah karena 71 persen permukaannya ditutupi oleh air dan 60 persen tubuh kita adalah air. Namun, ternyata air hanya 0,02 persen dari seluruh massa bumi, sementara sisanya adalah batu, bahan-bahan organik, dan lain-lain.

Baca juga : Mungkin Inilah Rumah Manusia Setelah Matahari Jadi Raksasa Merah

Sebaliknya, kandungan air beberapa planet di sekitar Trappist-1 berkisar antara lima sampai 10-15 persen massanya atau 250 kali lipat air di bumi.

Dengan jumlah air sebanyak itu, planet-planet ini akan memiliki penampakan yang jauh berbeda dari bumi atau bulan berair seperti Enceladus dan Europa.

Para peneliti menjelaskan bahwa air di Trappist-1 kemungkinan berupa lapisan tipis di atas, sementara bagian bawahnya padat seperti es karena tekanan lautan yang ada di atasnya. Es ini berfungsi sebagai mantel yang melindungi pusatnya yang lebih padat.

Lalu tanpa adanya tanah kering, kemungkinan cuaca di planet-planet ini untuk menghasilkan bahan-bahan penting, seperti fosforus yang merupakan bahan utama DNA, sangatlah terbatas.

Artinya, kemungkinan makhluk hidup di planet-planet ini, kalau ada, untuk berkembang cukup besar hingga keberadaannya dapat dideteksi dari bumi sangatlah kecil.

Baca juga : NASA Temukan Lagi Lusinan Planet Baru, Bisakah Dihuni?

“Dalam kasus seperti ini, Anda tidak akan bisa membedakan oksigen yang dihasilkan oleh kehidupan dengan oksigen yang diproduksi oleh proses geologi planet,” kata Cayman Unterborn, seorang ilmuwan geosains dan penulis utama studi, seperti dilansir oleh Popular Science, Kamis (22/3/2018).

Akan tetapi, temuan ini bukan berarti akhir bagi penelitian terhadap planet-planet di sekitar Trappist-1. Fokus dari makalah ini justru bukan tentang pencarian kehidupan, melainkan bagaimana planet-planet ini bisa terbentuk.

Keberadaan mereka yang dekat dengan bintang, tetapi tetap memiliki es sangat menarik untuk dipelajari. Pasalnya di sistem tata surya kita, planet yang dekat dengan bintang biasanya kering, sedangkan yang jauh basah hingga memiliki es.

Ada kemungkinan planet-planet Trappist-1 telah bergeser dari lokasi aslinya, yang kemudian bisa berarti bahwa mereka dibentuk pada masa awal terbentuknya Trappist 1 (sekitar 8 miliar tahun yang lalu) sehingga bergeser cukup jauh atau dibentuk belakangan dan hanya bergeser sedikit.

Kemungkinan baru bisa dipastikan jika ada penelitian lebih lanjut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau