GOWA, KOMPAS.com - Bukan hal mudah menjadi dokter yang menangani penyakit dengan stigma negatif seperti kusta.
Dokter Jihan dari Puskesmas Kanjilo, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan menceritakan pengalamannya.
Ia menuturkan kepada Kompas.com pada Minggu (18/3/2018) bahwa kendala terbesarnya bukanlah kusta, tetapi membuat pasien tidak memikirkan stigma masyarakat.
Anggapan masyarakat mengenai kusta yang mudah menular, penyakit kutukan, penyakit keturunan, dan penyakit yang kelas bawah ikut memengaruhi membuat penderita enggan memeriksakan diri.
"Pasien tidak percaya diri periksa ke puskesmas. Takut orang-orang jadi menjauhi," ujarn
Karena inisiatif pasien untuk memerikaakan diri masih rendah, dokter harus melakkan jemput bola langsung. Tak jarang penolakan pasien pun diterima. Pasien malu diketahui penyakitnya.
"Saya pernah harus lewati pematang-pematang sawah dan tanah yang becek demi temukan pasien kusta," ucapnya.
Baca juga : Kisah Ernawati Menaklukkan Kusta yang Menggerogoti Tubuhnya
Pengalaman paling berkesan yang dia ingat adalah saat harus mengungkap pasien kusta yang tetap menyembunyikan penyakitnya meski sudah ia datangi.
Pasien itu masih terus mengelak atas kondisi yang dialami. Jihan mengatakan, pasien tersebut tergolong pasien kusta lama. Kendati demikian, orang tersebut tidak mau mengakui dan menceritakan gejala yang sesungguhnya.
"Dia cuma cerita kalau gatal-gatal biasa. Padahal bercak-bercaknya udah menyebar banyak," terangnya.
Perlakuan yang ia terapkan kepada pasien sebisa mungkin tidak menyinggung perasaan. Pasien ia yakinkan bahwa kepatuhan pengobatan menjadi kunci kesembuhan mereka.
Menurutnya, peran tenaga medis dibutuhkan agar salah kaprah tentang kusta yang telanjur mengakar di masyarakat terhapus. Penyuluhan ke pasien juga menjadi jalan keluar agar pasien sadar diri untuk mengecek penyakit ke puskesmas.
Baca juga : Pria Jepang Sentuh Penderita Kusta di Gowa untuk Hapus Stigma
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.