Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantang Risiko, Wanita Ini Lakukan Water Birth di Laut Merah

Kompas.com - 15/03/2018, 21:34 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu beredar sederetan foto yang menggambarkan seorang perempuan melahirkan di Laut Merah, Mesir.

Beberapa foto unggahan Hadia Hosny El Said yang sempat viral dan kini sudah diturunkan itu, memotret seorang ibu berdiri di lautan yang seperti baru saja berenang.

Foto lain menangkap momen dua orang pria berjalan ke arah pantai. Pria berambut putih membawa bayi yang masih merah, sedang pria satunya membawa ember oranye.

Ember oranye itu digunakan untuk menampung plasenta, di mana tali pusarnya masih terhubung dengan bayi.

Menurut pemberitaan Daily Mail, Selasa (13/3/2018), perempuan itu adalah turis Rusia. Seorang pria tua yang mengangkat bayi adalah dokter spesialis water birth dan pria lainnya diduga ayah bayi.

Baca juga : Turis Rusia Melahirkan di Laut Merah

Tak jelas apakah kelahiran di Laut Merah ini memang direncanakan atau tidak. Kondisi ibu dan bayi juga tidak diketahui secara pasti, meski dari foto terlihat sehat.

Terkait peristiwa ini, para ahli berkata bahwa hal ini sangat berisiko untuk bayi yang baru lahir. Mereka menegaskan, melahirkan di laut bukanlah sesuatu yang aman dilakukan.

"Saya khawatir ini akan membahayakan bayi. Melahirkan di laut sangat berbahaya, walaupun ditangani oleh tenaga medis profesional," kata Dr. Saima Aftab, direktur medis dari pusat perawatan janin di Rumah Sakit Anak Nicklaus, Miami, yang tidak terlibat dalam kasus ini dilansir Live Science, Kamis (14/3/2018).

Apakah melahirkan dengan teknik water birth aman?

Proses melahirkan dengan teknik water birth memang kian populer. Meski begitu, para ahli tetap memperdebatkan keamanannya.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), melahirkan dengan water birth berarti ibu harus berendam di dalam air selama menjalani persalinan.

ACOG mengatakan salah satu manfaat dari melahirkan dengan water birth adalah proses persalinan yang sigkat. Teknik ini juga hanya disarankan untuk ibu hamil sehat yang usia kandungan setidaknya 37 minggu.

Sayangnya ACOG belum dapat merekomendasikan metode ini karena bukti yang membahas risiko dan manfaatnya masih belum cukup.

"Para ahli sedang ada di titik di mana kita tidak bisa mengatakan (metode water birth) aman," ujar Aftab.

ACOG juga menyarankan kepada semua tenaga medis untuk memberitahukan kepada ibu hamil yang ingin menggunakan metode water birth bahwa penelitian akan risiko praktik ini sebenarnya belum cukup dipelajari.

Salah satu yang ditakutkan bila melahirkan dengan metode ini adalah bayi mungkin akan bernapas d dalam air dan tenggelam.

Selain itu, adanya risiko infeksi jika bak yang digunakan untuk melahirkan tidak bersih atau air yang digunakan terkontaminasi.

Tahun lalu ada laporan dua bayi di Arizona menderita penyakit legiuner atau peradangan paru-paru setelah dilahirkan dengan proses water birth.

Baca juga : Berisiko, Kemenkes Tidak Sarankan Water Birth

Bahayakah melahirkan di laut?

Aftab berkata melahirkan di laut bisa menimbulkan beberapa komplikasi tambahan.

Mengingat lautan sangat luas dan tidak dapat diprediksi, ada risiko ibu tenggelam.

Selain itu, konsentrasi garam yang tinggi dapat menimbulkan risiko bagi bayi.

"Jika bayi sampai meminum air laut, ini bisa merusak kesehatan bayi. Apalagi suhu air laut yang tidak dapat dikendalikan, sangat mungkin bayi mengalami hipotermia," jelas Aftab.

Perlu diingat, bayi sangat rentan terhadap infeksi dan bahaya lainnya. Sebab itu kelahiran laut sangat mungkin mengakibatkan infeksi.

"Peluang terbaik agar bisa melakukan water birth dengan aman adalah berada di bawah pengawasan medis agar tenaga medis dapat memantau ibu dan bayi dengan ketat juga menyesuaikan suhu air," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com