Peran Budaya
Pedas tak bisa dipungkiri menimbulkan sensasi rasa baru dalam makanan. Apalagi jika sensasi ini didapat dari berbagai jenis rempah yang beragam.
Sayangnya, keragaman rasa ini di Eropa sekitar tahun 1.600-an dipandang sebagai sesuatu yang tak beradab, seperti yang ditulis oleh Maanvi Singh dalam bukunya The Salt.
Orang Eropa pada saat itu mengubah standar makanan mewah pada yang berfokus dengan esensi paling murni dari bahan dasarnya. Peran budaya inilah yang menentukan bagaimana suatu masyarakat merespon rasa makanan, termasuk pedas.
Seperti kebanyakan hewan, manusia menggunakan rasa sebagai cara untuk menentukan apa yang aman untuk dimakan. Begitu kita terbiasa dengan sebuah rasa tertentu, kita cenderung akan lebih menyukainya.
Inilah yang kemudian menjadi alasan kuat mengapa kita sebagai orang Indonesia makin menyukai rasa pedas dari makanan. Bahkan, ada rasa yang kurang ketika kita tidak mengonsumsi makanan pedas.
Sensasi Tersendiri
Di masa sekarang, kita punya banyak alasan untuk menyantap hidangan pedas. Mulai dari adrenalin yang terpacu atau hanya karena ingin.
Baca juga: Senang Makan Pedas Bikin Umur Lebih Panjang?
Selain itu, reaksi fisiologis terhadap makanan pedas juga terjadi dari hasil aktivasi sensor temperatur dalam mulut. Tubuh akan bereaksi seolah-olah terbakar.
Anda akan berkeringat, memerah, bahkan mungkin muntah akibat makanan pedas. Sensasi ini memicu pengalaman intens yang dianggap bagian dari daya tarik makanan pedas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.