KOMPAS.com - Berlari, selain menyehatkan bagi tubuh, ternyata punya dampak baik bagi memori otak.
Sebuah percobaan dilakukan para peneliti di Universitas Brigham Young (BYU) membuktikan bahwa memori tetap terjaga berkat kegemaran berlari. Apalagi jika aktivitas berlari dilakukan saat seseorang tengah mengalami stres.
Para peneliti menggunakan tikus sebagai sampel eksperimen ini.
Tikus dikelompokan menjadi dua. Pertama adalah kelompok tikus yang secara rutin selama empat pekan aktif mengitari roda putar. Umumnya, tikus kelompok dipacu berlari sejauh 4,5 kilometer per hari. Sedangkan kelompok kedua, tidak diminta berlari teratur, hanya meringkuk di kandang.
Selanjutnya, tikus-tikus tersebut dihadapkan dengan tekanan yang tak menyenangkan. Mereka dipaksa untuk merayap pada ketinggian atau berenang di air dingin. Selama satu jam, tikus dihadapkan pada situasi stres tersebut.
Baca juga : Kompres Panas atau Dingin, Mana yang Cocok untuk Keram Saat Lari?
Setelahnya, peneliti melihat kadar long term-potentiation (LTP) di otak para tikus melalui tes elektrofisiologi. Hasilnya, dalam keadaan tertekan, tingkat LTP pada tikus yang rajin bergerak mengelilingi roda putar lebih tinggi dibandingkan tikus yang pasif berlari.
Ketika dijajal untuk menembus sekat labirin yang pernah dilalui, tikus yang aktif bergerak punya daya ingat lebih tinggi dalam mengingat rute. Tikus yang hanya berdiam diri selama empat pekan, mencetak kesalahan lebih besar.
Eksperimen tersebut membuktikan bahwa berlari dan olahraga menjadi cara termudah untuk mencegah menurunnya memori pada otak ketika individu tengah dihantui stres.
Stres memicu berkurangnya kekuatan sinapsis. Akibatnya, memori ikut melemah. Padahal waktu terbaik untuk mengekalkan ingatan adalah saat sinaps menguat. Sinapsis merupakan penghubung antar neuron. Proses penguatan sinaptik ini disebut LTP.
“Berolahraga (berlari) merupakan cara sederhana dan hemat biaya untuk menekan dampak negatif stres terhadap daya ingat,” kata Jeff Edwards, profesor fisiologi dan biologi di BYU seperti yang dilansir dari laman Psychcentral pada Sabtu (17/2/2018).
Berlari diyakini menangkal efek negatif stres. Dengan kata lain, berlari berimbas positif pada hippocampus, area otak yang berperan dalam pembelajaran dan memori. LTP dalam hippocampus tidak menyusut, bahkan tetap normal kendati seseorang terserang stres.
Baca juga : Joging Boleh, Lari Jangan, Apa Sebenarnya Maksud Para Dokter?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.