KOMPAS.com - Buah sering dijadikan alternatif makanan untuk berdiet. Bahkan banyak pendapat yang menyebut bahwa buah adalah salah satu makanan terpenting untuk bisa mempercepat berat badan.
Namun benarkah pendapat tersebut?
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrients pada 2016 membuktikan bahwa konsumsi buah terkait erat dengan penurunan berat badan. Penelitian ini juga menemukan bahwa buah memiliki efek anti-obesitas serta berbagai kandungan vitamin dan mineral yang baik untuk tubuh.
Hal tersebutlah yang membuat berbagai organisasi kesehatan menyarankan konsumsi buah untuk tujuan pengurangan berat badan.
Baca juga: Benarkah Buah Ceri Bisa Cegah Obesitas?
Penelitian lainnya yang melibatkan 77 peserta yang kelebihan berat badan dan obesitas menunjukkan kontribusi unik dari konsumsi buah terhadap pengelolaan berat badan. Konsumsi buah yang dikaitkan dengan indeks massa tubuh menujukkan hubungan terbalik dengan berat badan.
Dengan kata lain, orang yang makan lebih banyak buah mengalami penurunan berat badan yang lebih banyak.
Tak hanya dua penelitian tersebut saja yang menunjukkan bahwa buah memang benar-benar membantu penurunan berat badan. Penelitian di Amerika Serikat selama hampir 24 tahun juga menunjukkan hal yang sama.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Medicine pada 2015 itu melibatkan lebih dari 130.000 peserta. Hasil temuannya adalah konsumsi buah dan sayur non-tepung berkaitan erat dengan perubahan berat badan.
Alasannya...
Tiga penelitian di atas jelas menegaskan bahwa buah memang sangat baik untuk dikonsumsi saat Anda berdiet. Tapi apa alasan buah bagus untuk diet?
Dilansir dari Time, Kamis (08/02/2018), hal ini mungkin karena buah dapat membantu meningkatkan rasa kenyang, memuaskan keinginan tubuh akan rasa manis, hingga mengurangi rasa ingin makan.
Selain itu, buah cenderung menggantikan makanan berkalori tinggi. Hal ini berbeda dengan sayuran yang cenderung sebagai pengaya makanan.
Contohnya, tentu Anda akan lebih memilih sepotong apel dibandingkan brokoli sebagai ganti kue, bukan?
Baca juga: Anak Sulit Makan Sayur dan Buah? Ikuti Tips Dokter Ini
Padahal, penggantian ini dapat membantu Anda membatasi total kalori dan gula yang dikonsumsi. Kedua zat tersebut merupakan "tersangka" utama jika menyangkut berat badan.
Terlebih lagi, gula alami dalam buah (fruktosa) jauh lebih tidak terkonsentrasi dan digabungkan dengan kandungan air serta sejumlah nutrisi lainnya.
Misalnya pada satu jeruk utuh yang Anda konsumsi. Ia akan menyediakan 17 gram karbohidrat, sekitar 12 di antaranya adalah gula alami.
Jeruk juga memasok cairan ke tubuh Anda, 12 persen kebutuhan serat harian, dan berbagai vitamin serta zat-zat lain.
Mari bandingkan hal tersebut dengan gula pasir di dapur Anda. Satu sendok gula pasir mengandung 16 gram karbohidrat tanpa nutrisi lainnya.
Pada intinya, gula alami pada buah lebih baik daripada gula tambahan.
Meski begitu, bukan berarti Anda bisa makan buah dengan jumlah tak terbatas. Itu karena buah mengandung karbohidrat.
Karbohidrat diketahui merupakan bahan bakar untuk aktivitas sel tubuh. Tapi memakan lebih banyak karbohidrat daripada yang dapat diolah tubuh hanya akan memberi "makan" pada lemak.
Baca juga: Kabar Buruk, Orang Indonesia Krisis Buah dan Sayur
Untuk alasan tersebut, maka asupan karbohidrat total Anda harus sesuai kebutuhan. Penghitungan asupan karbohidrat total ini didasarkan pada tinggi, berat badan, jenis kelamin, usia, hingga tingkat aktivitas fisik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.