Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/02/2018, 17:30 WIB
|
EditorYunanto Wiji Utomo

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat umumnya hanya mengenal faktor penyebab kanker paru adalah merokok.  

Namun, Elisna Syahruddin dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Respiratori, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia menerangkan,  masih banyak faktor lain yang melatari seseorang mengidap kanker paru.

Dia menerangkan, masyarakat yang bermukim di kawasan dengan tingkat polusi indoor maupun outdoor tinggi juga berpotensi besar menderita kanker paru.

Individu yang beraktivitas di dalam rumah bukan begitu saja terlepas dari bahaya kanker paru. Kelompok ini justru bisa terpapar asap pembakaran rumah tangga yang biasanya merupakan  hasil dari aktivitas memasak.

Di tingkat domestik, ventilasi udara yang buruk juga turut berperan meningkatkan risiko kanker paru.

Baca juga : Mengenal Macam-macam Pengobatan untuk Kanker Paru

Menurutnya, ventilasi udara yang baik adalah ventilasi alam, terhubung dengan sinar matahari dan udara di luar rumah. "Sekarang apa-apa ditutup pakai AC," katanya dalam Media Health Forum bersama AstraZeneca pada Selasa 6/2/2018).

Para pekerja di lingkungan pertambangan rawan pula terkena kanker paru-paru. Pasalnya, mereka lebih sering berinteraksi dengan asbes. Menurut Elisna, seseorang yang berumur lebih dari 40 tahun rentan terkena kanker paru sebab imunitas diri telah menurun.

Orang yang pernah terjangkit penyakit tuberculosis kronik juga berpotensi lebih tinggi terkena kanker paru.

Namun, Elisna tetap dengan tegas menyebut bahwa rokok adalah pemicu terbesar kanker paru. Kandungan zat karsinogenik yang ada di rokok akan mengancam kondisi paru-paru hingga bisa membuat iritasi.

Perokok pasif tidak kalah berbahaya dibandingkan perokok aktif.  Elisna meminta masyarakat agar segera menjauh dari perokok aktif supaya tidak terpapar zat pencetus kanker paru.

Baca juga : Imunoterapi untuk Kanker Paru Kini Tersedia di Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+