Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilik Anjing Harus Tahu, Bangkai Ayam Bikin Sahabat Anda Lumpuh

Kompas.com - 05/02/2018, 20:07 WIB
Shela Kusumaningtyas

Penulis

Sumber UPI

KOMPAS.com  — Bagi Anda yang memelihara anjing, segera hentikan kebiasaan memberi bangkai ayam sebagai makanan.

Penelitian terbaru yang dikeluarkan Journal of Veterinary Internal Medicine pada Jumat (22/1/2018) menemukan kaitan antara penyebab kelumpuhan pada anjing dan makanan yang dimakan.

Anjing berpeluang terserang polaradikuloneuritis akut (APN) hingga 7.000 persen jika Anda terus membiarkannya memakan bangkai ayam, terutama leher ayam. Anjing kecil termasuk yang rentan terpapar penyakit karena kerap disediakan pakan tulang kecil seperti leher ayam.

Ilmuwan membandingkan lebih dari 12 anjing yang mengidap APN dengan anjing sehat. Para pemiliknya turut dilibatkan supaya peneliti mengetahui bagaimana anjing-anjing itu dirawat.

Baca juga: Awas, Anjing Cenderung Menggigit Orang yang Takut

Ilmuwan  lantas mencatat adanya peluang 9,4 kali lebih mudah bagi anjing dengan APN untuk terjangkit Campylobacter.

Dugaan para peneliti semakin menguat bahwa pakan bangkai ayam adalah faktor di balik kelumpuhan pada anjing. Pasalnya, bakteri tersebut memicu timbulnya sindrom Guillain-Bare (GBS) pada manusia, dan bangkai ayam ditemukan juga mengandung Campylobacter.

APN menyerupai GBS yang menurunkan fungsi otot dan menyebabkan kelumpuhan pada manusia. Dua penyakit ini membuat sistem kekebalan tubuh menjadi terlalu reaktif dan tidak bisa diatur. Setelah kondisi menjadi parah, kelumpuhan akan dialami penderita karena akar saraf tubuh tidak kuat melawan.

“Kondisi yang demikian jarang terjadi, tapi bisa memperburuk kondisi anjing. Mulanya, kaki anjing melemah lalu menjalar hingga kaki depan, leher, kepala, dan wajah,” ujar Matthias le Chevoir,  pakar di Rumah Sakit Hewan U-Vet Werribee kepunyaan Universitas Melbourne.

“Kebanyakan anjing  akan mati apabila penyakit ini menyerang dada hingga lumpuh. Namun, beberapa anjing kemungkinan sembuh begitu saja tanpa perawatan dokter. Ada pula yang harus diobati hingga enam bulan untuk kasus tertentu,” imbuh Ie Chevoir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber UPI
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com