"Penelitian ini tidak menunjukkan apa-apa tentang bahaya penggunaan vape," kata Peter Hajek, direktur Unit Penelitian Ketergantungan Tembakau di Queen Mary University of London.
"Itu tidak menunjukkan bahwa menggunakan vape dapat menyebabkan kanker," imbuhnya.
Hajek juga menyebut bahwa temuan ini merupakan peringatan palsu yang bisa membuat orang tak jadi melepaskan ketergantungan merokok dengan vape.
"Perkiraan terbaik saat ini adalah bahwa penggunaan vape menimbulkan, paling tidak, sekitar 5 persen risiko dari merokok," ujarnya.
Seperti diketahui, rokok tempakau mengandung ribuan bahan kimia. 70 di antaranya diketahui dapat menyebabkan kanker.
Baca juga: Studi: Satu atau 20 Batang Rokok Per Hari Sama-sama Mematikan
Sedangkan asap dari rokok elektrik mengandung bahan kimia berbahaya juah lebih sedikit. Asap vape paling berbahaya adalah nikotin, zat yang menyebabkan ketergantungan bagi penggunanya.
Pendapat senada juga diungkapkan oleh Jasmin Just dari Cancer Research Inggris.
"Bukti sejauh ini menunjukkan bahwa rokok elektrik lebih tidak berbahaya daripada rokok konvensional. Penelitian seperti ini penting, tapi hal ini hanya melihat efek asap rokok elektrik pada sel tikus, yang berarti tidak mungkin untuk menarik kesimpulan dari sini tentang bagaimana vape mempengaruhi orang dalam kehidupan nyata," ujar Just.
"Hingga saat ini, 2 per tiga perokok jangka panjang meninggal karena kecanduan, tapi rokok elektrik tidak mengandung tembakau. Sebaliknya, rokok elektrik hanya mengandung nikotin, yang membuat mereka ketergantungan tapi tidak bertanggung jawab atas dampak kesehatan dari merokok," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.