Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Pemimpin Terlalu Cerdas Justru Tak disukai?

Kompas.com - 22/01/2018, 18:34 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com — Punya pemimpin yang memiliki pengetahuan luas, pintar, dan cerdas tentu menjadi berkah tersendiri. Apalagi, menurut penelitian, intelegensi tinggi membuat seseorang menjadi pemimpin yang lebih baik.

Namun, siapa sangka banyak orang justru tidak menyukai pemimpin yang benar-benar cerdas. Hal ini ditunjukkan dalam penelitian Dean Simonton, psikolog di University of Californiam Davis, dan dua koleganya yang dipublikasikan dalam Journal of Applied Psychology edisi Juli 2017 lalu.

Sebelumnya, selama beberapa dasawarsa, Simonton mengusulkan teori tentang pemimpin cerdas. Dia menyebut bahwa pemimpin cerdas hanya bisa menyentuh "kepala" orang, tapi solusi mereka biasanya lebih rumit untuk diterapkan.

Hal tersebut membuat bawahan mereka merasa lebih sulit untuk berhubungan dengan mereka.

Baca juga: 4000 Tahun Terkubur Manik-manik, Pemimpin Kuno Hidup Kembali

Untuk mendapatkan temuan ini, para peneliti melihat 379 pemimpin bisnis, baik pria maupun wanita, dari 30 negara dari bidang perbankan, ritel, dan teknologi. Para manajer tersebut kemudian diminta untuk melakukan tes IQ.

Selanjutnya, masing-masing dinilai berdasarkan gaya kepemimpinan dan efektivitas oleh rata-rata delapan rekan kerja.

Para peneliti menemukan bahwa tingkat IQ berkolerasi positif dengan peringkat efektivitas pemimpin, pembentukan strategi, visi, dan beberapa karakteristik lainnya.

Peringkat puncak berada pada IQ pemimpin sekitar 120, yang lebih tinggi dari sekitar 80 persen pekerja kantor. Di luar tingkat IQ tersebut, nilai efektivitas pemimpin menurun.

Para peneliti menyebut bahwa IQ "ideal", bisa lebih tinggi atau rendah, di berbagai bidang tergantung pada bagaimana pengaplikasian kemampuan teknik dan sosial dalam budaya kerja tertentu.

"Ini adalah temuan yang menarik dan mendalam," ungkap Paul Sackett, profesor manajeman di University of Minnesota, AS, dikutip dari Scientific American, Kamis (18/01/2018).

"Bagi saya, interpretasi yang tepat dari temuan ini adalah menyoroti kebutuhan untuk memahami apa yang dilakukan pemimpin ber-IQ tinggi yang menyebabkan persepsi yang rendah oleh pengikut dibanding menafsirkan dengan salah, yaitu 'Jangan mempekerjakan pemimpin IQ tinggi'," imbuhnya.

Baca juga: Pria Berotot Dipandang Berpotensi Jadi Pemimpin

Penulis utama penelitian ini, John Antonakis, menyarankan agar para pemimpin menggunakan kecerdasan mereka untuk menghasilkan kalimat yang menarik untuk membujuk dan mengilhami orang lain.

"Saya pikir satu-satunya cara orang cerdas dapat menggunakan kecerdasan mereka dengan tepat dan terhubung dengan orang lain adalah berbicara dengan cara karismatik," ungkap Antonakis, psikolog di University of Lausanne, Swiss, itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau