Peneliti menguji kandungan protein pada nyamuk P vivax dan menghubungkannya ke sel darah merah yang sudah diekstraksi. Setelah itu, hasil ekstraksi diberikan pada tikus untuk menghasilkan antibodi. Prosesnya sama seperti vaksinasi pada manusia.
Antibodi yang dihasilkan tersebut kemudian diekstraksi dan diuji pada sampel darah manusia yang terinfeksi.
Hasilnya seperti yang telah diterbitkan dalam jurnal Science, antibodi bekerja efektif menghalangi kemampuan parasit untuk mengaitkan diri pada sel darah merah.
Sementara itu, Profesor James Beeson menjelaskan adanya kait kedua dari protein milik plasmodium vivax sebelum menginfeksi sel darah merah.
"(Parasit) perlu membuka beberapa kunci sebelum masuk ke sel darah merah. Menurut kami, ada tahap merebut sel, lalu menemukan posisi yang tepat sebelum masuk ke dalam sel," katanya.
Profesor Beeson mengaku senang akan dua terobosan penelitian tentang malaria tersebut dan sekarang ada tiga atau empat kandidat vaksin yang benar-benar menjanjikan untuk menyembuhkan malaria.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.