Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cinta Pandangan Pertama, Benar Ada atau Hanya Birahi Belaka?

Kompas.com - 08/12/2017, 18:00 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis


KOMPAS.comCinta pada pandangan pertama sering menjadi inspirasi para seniman dan diwujudkan dalam karya sastra, musik, atau film. Benarkah ada cinta pada pandangan pertama?

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Journal of the International Association for Relationship Research pada 17 November lalu mendapati bahwa momen bahagia itu tak pernah ada. Ini hanyalah ketertarikan subjek terhadap calon pasanganya secara fisik.

Dilansir dari LiveScience pada Kamis (7/12/2017); Florian Zsok, Matthias Haucke, Cornelia Y De Wit, dan Dick P H Barelds menyelidiki perasaan cinta pada pandangan pertama tersebut. Mereka juga mempertanyakan apakah “cinta” pada pertemuan pertama yang mewakili emosi kompleks atau hanya ketertarikan fisik semata.

Baca Juga: Apakah Cinta Selamanya Itu Benar-benar Ada?

Dalam penelitian sebelumnya, jatuh cinta diungkapkan merupakan aktivitas otak di area tertentu. Lokasinya berbeda-beda, tergantung pada jenis cinta, seperti cinta emosional, cinta keibuan, atau cinta yang penuh gairah.

Cinta yang penuh gairah dan intens mengaktifkan jaringan otak yang sama seperti kecanduan, sedangkan percikan cinta jangka panjang memicu respons di daerah otak yang terkait dengan keterikatan dan penghargaan.

Zsok dan koleganya mengumpulkan data 500 pertemuan dari hampir 400 perserta. Sebagian besar peserta adalah mahasiswa heteroseksual Belanda dan Jerman di usia pertengahan 20-an.

Pengumpulan data dilakukan dalam tiga tahap: survei melalui internet, studi laboratorium, dan tiga kali kencan yang berlangsung hingga 90 menit.

Untuk mendefinisikan cinta, para peserta menganalisis beberapa unsur penting, yakni "eros" (daya tarik fisik), "keintiman," "gairah" dan "komitmen."

Baca Juga: Inilah yang Terjadi pada Otak Saat Anda Jatuh Cinta

Selama penelitian, 32 individu yang berbeda mengalami cinta pada pandangan pertama sebanyak 49 kali. Uniknya, pengalaman itu tidak disertai dengan penilaian tinggi untuk komponen cinta seperti keintiman dan komitmen, melainkan fisik yang menarik.

Meski 60 persen peserta adalah wanita, tetapi pria lebih cenderung mengalami cinta pada pandangan pertama. Dalam setiap kasus, cinta pada padangan pertama berujung pada cinta yang tak terbalas. Zsok dan koleganya berpendapat percikan cinta secara bersamaan “seketika mungkin jarang terjadi.”

Kesimpulannya? Cinta pada pandangan pertama hanyalah “daya tarik awal yang kuat”, rasa yang diidentifikasi para perserta sebagai cinta saat merasakannya maupun pada kenangan masa lalu.

Sejumlah peserta yang telah memiliki pasangan juga merasakan cinta pada sekilas pandangan pertama. Namun, mereka sulit mengatakan dengan pasti apakah rasa itu seperti yang pernah terjadi sebelumnya.

Untuk menjawab pertanyaan ini, diperlukan penyelidikan lebih lanjut mengenai hubungan romantis untuk melihat bagaimana kekuatan cinta dari waktu ke waktu. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau