Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah yang Terjadi pada Otak Saat Anda Jatuh Cinta

Kompas.com - 20/07/2017, 16:06 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Bagi banyak orang, cinta lebih banyak melibatkan hati daripada otak. Namun, para ilmuwan memiliki pendapat berbeda. Menurut mereka, jatuh cinta membutuhkan beberapa perubahan kompleks pada otak agar dapat terjadi, terutama pada sistem reward.

Diungkapkan dalam artikel kajian terhadapberbagai penelitian cinta, Lisa Damond dan Janna Dickenson dari University of Utah menemukan bahwa cinta yang bersifat romantis secara konsisten melibatkan aktivitas ventral tegmenta area (VTA) dan caudate nucleus.

Kedua area pada otak tersebut merupakan bagian penting dalam sistem reward yang mengatur jalannya dopamin di dalam otak. Dengan kata lain, Anda terus-terusan ingin bertemu dengan orang tersebut pada tahap awal cinta karena si dia membuat Anda merasa senang.

Jika terus-terusan diasah, perasaan ini kemudian berubah menjadi perasaan cinta yang lebih dalam.

(Baca juga: Kenapa Benci dan Cinta Kerap Dibilang Tipis?)

Menurut hasil penelitian asisten profesor psikologi Xiaomeng Nu dan kandidat doktor Ariana Tart-Zelvin dari Idaho State University, selama hubungan Anda dan dia memuaskan, memikirkan si dia tidak hanya akan membuat Anda merasa senang saja, tetapi juga lebih kebal terhadap stres, perasaan negatif, dan bahkan rasa sakit fisik.

Nu dan Tart-Zelvin juga menulis dalam artikelnya untuk Scientific American bahwa walaupun tahap awal dari cinta romantis yang membuat Anda berdebar-debar terasa berbeda dengan cinta yang sudah dirawat selama bertahun-tahun, tetapi otak tidak selalu mengetahui perbedaannya.

Hal ini pun dibuktikan dalam sebuah studi oleh Bianca Acevedo, seorang peneliti dari University of California. Acevedo menemukan bahwa para partisipan yang telah menikah selama 20 tahun dan masih merasakan cinta membara bagi pasangannya memiliki aktivitas otak yang serupa dengan partisipan yang baru jatuh cinta. Pola otak ini juga ditemukan pada semua jender, budaya, dan orientasi seksual.

Namun, tidak semua jenis cinta memiliki pola aktivitas otak yang sama. Sebagai contoh, Diamond dan Dickenson menemukan bahwa cinta platonik memiliki pola neural yang unik dan berbeda dari cinta romantis.

“Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa proses neural yang berkenaan dengan ketertarikan dan nafsu seksual sangat berbeda, walaupun sering tumpang tindih, dengan proses neural yang mengatur cinta romantis,” tulis Nu dan Tart-Zelvin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau