Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Janin Siklon Tropis Tercipta dan Akhirnya Lahir?

Kompas.com - 29/11/2017, 19:20 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.com –Fenomena siklon tropis menjadi pembicaraan dan dikenal setelah adanya siklon Cempaka.

Siklon yang lahir pada Senin (27/2017) pukul 19.00 tersebut mengakibatkan sejumlah wilayah di Yogyakarta dan Pacitan banjir.

Selain soal dampaknya yang perlu diantisipasi, pengetahuan tentangnya pun diperlukan. Apa yang memicu munculnya janin siklon tropis dan bagaimana ia dilahirkan?

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisikan (BMKG) Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan, pergerakan semu matahari adalah pemicu siklon tropis.

Saat ini, matahari berada di belahan bumi bagian selatan yang membuat daerah itu lebih hangat dibandingkan dengan belahan bumi bagian utara.

Konsekuensinya, tekanan udara di belaham bumi selatan relatif lebih rendah. Namun, rendahnya tekanan udara tak terjadi secara merata.

Karena punya tekanan lebih tinggi, udara dari bagian bumi utara kemudian bergerak ke belahan selatan.

Dalam kondisi ini, aliran udara di wilayah Indonesia dominan berasal dari barat ke timur atau disebut aliran angin baratan. Sumbernya berasal dari Samudra Pasifik dan Samudra Hinda.

Baca Juga : Mengenal Siklon Tropis Cempaka yang Bikin Hujan Tak Kunjung Henti

“Dari Samudra Pasifik bergerak ke arah timur laut, kemudian berbelok ketika menyeberang ekuator dan berbelok lagi ke arah tenggara. Keduam aliran udara dari Samudra Hindia yang bergabung dengan aliran yang tadi berbelok ketika menyeberang ekuator,” kata Mulyono saat dihubungi, Selasa (28/11/2017).

Kedua sumber aliran udara tersebut membawa uap air. Hal ini membuat Indonesia di bagian selatan ekuator mengalami musim hujan.

Mulyono menuturkan, siklon tropis terjadi ketika angin baratan berbelok masuk ke sistem angin tekanan rendah pada bumi belahan selatan. Ketika ini terjadi, pusaran akan terbentuk. Namun, pusaran tidak begitu saja berubah menjadi siklon tropis.

“Tergantung pada intensitasnya, seberapa besar tekanan udara ini. Kalau masih di atas 1.000 milibar masih sistem depresi tropis. Kalau sudah 995-1.000 milibar mulai menjadi bibit siklon tropis. Kalau pusaran hanya terjadi di permukaan, belum vertikal belum jadi bibit siklon tropis,” kata Mulyono.

Mulyono menjelaskan, siklon tropis menyebabkan aliran udara semakin kuat. Lalu, kemunculannya di atas permukaan laut yang memiliki banyak uap air berpotensi memicu pertumbuhan awan di sekitar siklon tropis.

“Kalau potensi pertumbuhan awannya kuat, berarti potensi hujan muncul disitu. Hujannya pada skala sedang atau lebat. Bahkan daerah tertentu bisa pada skala sangat lebat. Terlebih sekarang sedang musim hujan,” kata Mulyono.

Indonesia mengalami sejumlah siklon tropis. Beberapa diantaranya adalah siklon tropis Durga di perairan barat daya Bengkulu (22-25 April 2008), siklon tropis Anggrek di perairan barat Sumatera (30 Oktober-4 November 2010), siklon tropis Bankung di perairan barat daya Sumatera (11-13 Desember 2014), dan yang terakhir siklon tropis Cempaka.

Baca Juga : Banjir di Yogyakarta, Apakah Cuma gara-gara Siklon Cempaka?

Menurut Mulyono, siklon tropis Cempaka istimewa karena lahir di lokasi yang paling dekat dengan daratan.

Hingga Selasa siang kemarin, siklon tropis Cempaka berada di sekitar 30 Km selatan Pacitan. Sedangkan malam hari, kata dia, pergeseran siklon tak terlalu jauh dari daratan pantai selatan Jawa, yakni 40 Km.

Mulyono menuturkan, Indonesia akan jarang mendapati terjadinya siklon. Sebab, pusaran siklon sangat dipengaruhi oleh gaya Coriolis yang membelokkan arah angin.

“Semakin tinggi lintangnya semakin kuat pusarannya. Pusaran jadi syarat untuk terbentuknya siklon," ungkap Mulyono.

Siklon tropis biasanya akan terbentuk di wilayah lintang lebih dari 10 derajat.

"Jadi kalau Filipina itu sekitar 15 derajat memang itu daerah lintasan pertumbuhan siklon. Untuk siklon Cempaka, masih sekitar 7 derajat di lintang selatan,” kata Mulyono.

Indonesia sendiri biasanya tidak terdampak siklon tropis alias badai. Fenomena hujan lebat yang kerap terjadi dipiocu oleh ekor siklon.

Siklon tropis Cempaka memberikan dampak yang signifikan karena jaraknya yang dekat dengan daratan.

Baca Juga : Setelah Siklon Cempaka, Bayi Siklon Baru Muncul di Barat Sumatera

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com