KOMPAS.com - Siapa sangka, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa tupai memiliki kunci yang dapat ditiru agar pasien stroke terhindar dari kerusakan otak.
Periset asal AS menemukan bahwa saat tupai berhibernasi, proses proteksi terjadi pada sel tupai yang memungkinkan otak mereka mengurangi aliran darah dan oksigen. Saat mereka terbangun, tupai tidak kekurangan nutrisi penting.
Pada pasien yang mengalami stroke iskemik (stroke yang disebabkan karena cabang pembuluh darah di otak mengalami penyumbatan karena kolesterol dan radikal bebas, red), darah yang membawa gula dan oksigen terputus di otak. Akibatnya, penderita stroke bisa kesulitan bicara hingga lumpuh.
BACA: Ini Beda Gejala Stroke Iskemik dan Perdarahan
Dilansir dari laman Telegraph, Senin, (20/11/2017), ilmuwan dari National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) meyakini bahwa menciptakan obat yang dapat memicu perubahan sel seperti tupai saat berhibernasi juga dapat mencegah kerusakan otak.
"Jika kita bisa menghidupkan hibernator yang digunakan tupai untuk melindungi otak, kita dapat membantu melindungi otak selama stroke dan pada akhirnya membantu pemulihan," kata penulis utama Joshua Bernstock, mahasiswa pascasarjana di NINDS.
Sebagai catatan, stroke adalah salah satu penyebab kematian utama di semua rumah sakit Indonesia, yakni 14,5 persen. Data dari riset kesehatan dasar 2013 juga menyebutkan bahwa prevalensi stroke di Indonesia mencapai 12,1 per 1.000 penduduk.
Pada saat ini, satu-satunya cara untuk meminimalkan kematian sel akibat stroke adalah dengan mengeluarkan gumpalan sesegera mungkin.
Oleh sebab itu, para peneliti percaya jika ada pengobatan yang dapat membantu otak bertahan tanpa darah dan oksigen, efeknya untuk pasien akan sangat bagus.
Peneliti menemukan bahwa proses SUMOlyation pada tupai yang berhibernasi dapat melindungi sel dalam otak mereka. Menurut temuan mereka, hal itu bisa terjadi karena adanya enzim ebselen.
Uji coba pada hewan menunjukkan bahwa saat enzim ebbselen disuntikkan ke sel otak, hewan-hewan itu tetap akan hidup meski kehilangan darah dan oksigen.
BACA: Bagaimana Stroke Bisa Mengubah Sifat Seseorang?
"Selama beberapa dekade ilmuwan mencari terapi stroke yang dapat melindungi otak dengan efektif. Jika senyawa yang diidentifikasi dalam penelitian berhasil mengurangi kematian jaringan dan meningkatkan kesembuhan, berarti langkah ini dapat dijadikan pendekatan baru untuk menjaga sel otak setelah stroke iskemik," jelas Dr Francesca Bosetti, direktur program NINDS.
Bernstock berharap agar penelitian yang dibuatnya dapat mendorong ilmuwan lain untuk memecahkan masalah medis yang menekan.
"Sebagai ilmuwan dokter, saya sangat suka mengerjakan proyek yang memiliki relevansi jelas untuk pasien. Saya menginginkan hasil yang dapat memberi terapi baru untuk orang yang membutuhkan," tambahnya.
Penelitian ini sudah dipublikasikan di The FASEB Journal, jurnal dari Foundation of American Societies for Experimental Biology.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.