JAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit stroke pasti sudah tak asing di telinga. Penyakit yang menyerang pembuluh darah di otak ini menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Penyakit ini pun tak luput dari sejumlah mitos.
Dokter Brandon Haskel dari Medical Departemen PT Kalbe Farma mengungkapkan, setidaknya ada lima mitos tentang stroke yang perlu diluruskan. Apa saja itu?
Mitos 1: Stroke tak bisa dicegah
Terkena stroke bukan berarti sudah takdir. Brandon mengatakan, stroke adalah penyakit yang bisa dicegah, utamanya dengan pola hidup sehat. Selain menjaga pola makan, stroke bisa dicegah dengan rajin olahraga dan tidak merokok.
Mitos 2: Stroke tak bisa diobati
Siapa bilang stroke tidak bisa diobati. Faktanya, orang yang terkena stroke bisa diobati dengan tindakan medis dan terapi. Untuk itu, ketika mengalami gejala awal stroke, jangan tunda pergi ke dokter untuk mencegah kerusakan lebih luas
"Jadi tak perlu pasrah ketika terserang stroke," kata Brandon dalam temu media di Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Mitos 3: Stroke hanya menyerang orang tua
Anggapan stroke hanya menyerang orangtua juga hanya mitos. Faktanya, stroke bisa menyerang anak muda, misalnya karena genetik maupun gaya hidup tidak sehat.
"Sering makan junk food, merokok, malas olahraga, itu bisa meningkatkan risiko stroke," kata Brandon.
Mitos 4: Stroke menyerang atau terjadi di jantung
Pernyataan ini jelas salah atau mitos karena stroke terjadi di pembuluh daeah di otak. Ada stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak. Ada pula karena penyumbaatan di pembuluh darah di otakm
Mitos 5: Stroke hanya menyerang pasien hipertensi
Hipertensi memang dapat meningkatkan risiko stroke. Meski demikian bukan berarti pasien yang tidak memiliki hipertensi terbebas dari stroke. Pasien yang tidak hipertensi, tetai gaya hidupnya tak sehat dan ada faktor risiko penyakit lain juga berpotensi hipertensi.