Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Verrianto Madjowa
Penulis

Pengamat kelautan dan perikanan. Menulis buku tentang Kelautan dan Perikanan, Bunaken, Tambang (2001), Open Data Pemilu (2015), Pemilu Gorontalo (2015), dan sejarah Gorontalo.

Laut Sulawesi, Perpaduan Garis Wallace dan Arlindo

Kompas.com - 19/11/2017, 09:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

Arus Katulistiwa Utara (AKU) dan Arus Katulistiwa Selatan (AKS) yang berkumpul di tempat itu menyebabkan perbedaan tarah (permukaan yang rata) laut (sea level) 40 cm lebih tinggi dibandingkan dengan yang di selatan pantai Jawa-Sumbawa.

Hal ini yang membuat pola aliran massa air dari Samudera Pasifik yang didorong lewat Indonesia ke Samudera Hindia. Lintasan ini merupakan bagian dari Great Ocean Conveyor Belt, yaitu siklus global pergerakan lautan dunia. Karena itu, Arlindo berperan penting dalam perkembangan iklim dunia.

Hasil pengukuran yang dicatat EWIN 2014 di lokasi penelitian Laut Sulawesi menunjukkan bahwa pola sirkulasi dekat permukaan ditandai oleh eksistensi aliran arus kuat yang mengarah ke selatan yang diduga sebagai inflow arus tepi barat dari Arlindo.

Pola ini berjarak sekitar 83 km ke arah timur dari pantai terdekat, dengan lebar aliran 110 km. Arus cenderung kuat dengan bertambahnya kedalaman, seperti di perairan Derawan.

Arus ini kemudian berbelok ke arah tenggara menyusuri topografi dangkal. Percabangan arus terjadi di sebelah utara dari mulut Selat Makassar. Satu cabang masuk ke Selat Makassar sebagai Arlindo Makassar, satu cabang lagi ke arah timurlaut.

Di tepi sumbu utama aliran arus kuat, terdapat wilayah transisi dengan arus yang relatif lemah. Hasil observasi EWIN 2014 ini menjadi temuan pertama kali, sekaligus mengkonfirmasi permodelan Arlindo tentang arus batas barat (western boundary current).

Pengukuran temperatur yang dilakukan EWIN 2014 juga mengindikasikan stratifikasi massa air. Lapisan termoklin terletak di bawah tercampur (mixed layer), ditandai dengan menurunnya gradien temperatur di kedalaman 100-400 meter. Di bawah lapisan termoklin ini tercatat temperatur kurang dari 8 derajat Celcius.

Arlindo tidak hanya membawa massa air yang kaya nutrien dan oksigen. Arus lintasan ini berperan besar dalam proses distribusi larva berbagai biota di Laut Sulawesi dan Selat Makassar.

Laut Sulawesi memiliki kekhasan dan keunikan dengan adanya garis Wallace dan Arlindo. Perpaduan pola permodelan garis Wallace dan Arlindo memiliki kemiripan.

Garis Wallace sebagai pembatas dengan kekhasan spesies di darat (Sulawesi), sedangkan Arlindo sebagai satu pintu masuk sirkulasi massa air yang memiliki keanekaragaman biota laut.

Spesies di darat terisolasi dalam ruang hidup di pulau dan tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Di laut, dengan Arlindo sebagai jalur distribusi larva dan berbagai organisme dari Samudera Pasifik ke Laut Sulawesi, Selat Makassar, hingga Samudera Hindia.

Petani mengangkat rumput laut yang akan di panen  di Desa Tadui, Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (2/11/2017). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menaikkan target produksi rumput laut 2017 menjadi 13,4 juta ton daripada tahun 2016 yang hanya mencapai 11 juta ton.ANTARA FOTO/AKBAR TADO Petani mengangkat rumput laut yang akan di panen di Desa Tadui, Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (2/11/2017). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menaikkan target produksi rumput laut 2017 menjadi 13,4 juta ton daripada tahun 2016 yang hanya mencapai 11 juta ton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com