KOMPAS.com – Pernahkah Anda merasa panas di dada? Atau mulut terasa pahit? Jika ya, kemungkinan besar Anda mengalami penyakit asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD).
Dijelaskan oleh spesialis ilmu penyakit dalam, ahli gastroentologi dan Wakil Ketua Perkumpulan Gastroentologi Indonesia (PGI) Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP dalam acara peluncuran GERDQ oleh AstraZeneca dan PGI yang diadakan di Jakarta, Kamis (16/11/2017); GERD berbeda dengan maag.
Jika maag adalah asam lambung yang berlebihan di daerah lambung saja, istilah yang baru diperkenalkan pada tahun 2006 ini merujuk kepada asam lambung yang telah naik ke atas hingga ke kerongkongan.
Baca juga : Hati-hati GERD, jika Lengah Akan Berakhir Petaka
“Secara normal, asam lambung enggak boleh naik ke atas. Kalau naik ke atas dan sampai ke kerongkongan. Akibatnya panas dada (seperti) terbaka dan mulut pahit,” kata Ari.
Namun, dampak dari GERD tidak berhenti di situ saja. Menurut sebuah survei online GERDQ yang dilakukan oleh Ari dari Agustus 2013 hingga Juni 2015, sebanyak 38,7 persen dari pasien GERD sudah terganggu kehidupannya. Mereka kesulitan makan dan tidur, serta hubungan seksualnya terganggu.
Lalu, dalam jangka panjang, GERD bisa menyebabkan luka, penyempitan, perubahan bentuk kerongkongan (Barrett), dan bahkan kanker esofagus, meskipun yang terakhir membutuhkan proses yang sangat panjang dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Selain itu, GERD juga dapat menimbulkan berbagai komplikasi, mulai dari batuk-batuk, laringitis, asma, erosi gigi, faringitis, sinusitis, pulmonary fibrosis, dan infeksi pada telinga.
Baca juga : Mengenal Maag Kronis yang Diderita oleh Ryan Thamrin
Oleh karena itu, Ari menghimbau masyarakat untuk segera mendeteksi dan menangani GERD sebelum terlambat.
Dia berkata bahwa penyakit ini cukup mudah untuk dideteksi oleh masyarakat awam, dan salah satu caranya adalah dengan menggunakan aplikasi GERDQ yang berisi empat pertanyaan mengenai gejala dan dua pertanyaan mengenai dampak yang dialami pasien.
Kuesioner ini tentunya tidak menggantikan peran dokter dalam mendiagnosis dan memberikan terapi.
Ari berkata bahwa dalam pengawasan dokter, GERDQ dapat digunakan untuk identifikasi dan manajemen pasien dengan GERD. Lalu, hasil data diagnosis dari aplikasi ini juga mungkin digunakan sebagai basis data skala penyakit GERD di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.