Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Turis Beri Minuman Keras pada Hewan, Apa Kata Aktivis Satwa?

Kompas.com - 15/11/2017, 20:05 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Seharian ini (15/11/2017), media sosial ramai membicarakan kelakuan dua turis Taman Safari Cisarua, Bogor, Jawa Barat, yang memberi minuman keras kepada kuda nil dan rusa.

Sebetulnya, memberi makan hewan diperbolehkan oleh manajemen Taman Safari. Sebelum masuk area konservasi tersebut, ada banyak pedagang yang menawarkan makanan untuk hewan seperti wortel.

Namun, dua turis ini justru memberi minuman keras. Hal ini diabadikan lewat insta story @alyccaaa dan @philipbiondi, yang kemudian diunggah ulang oleh akun @makrumpita dan @doniherdadu pada Selasa (14/11/2017) malam.

Dalam video pertama, laki-laki berkacamata hitam itu menyemprotkan isi botol yang diduga minuman keras ke mulut kuda nil yang sedang membuka. "Yeahhh. Jackpot!," teriak laki-laki itu sambil tertawa, diikuti juga oleh perempuan di sebelahnya.

Baca juga : Jangan Ditiru! Turis Indonesia Beri Minuman Beralkohol pada Hewan di Taman Safari

Di video lain, seorang perempuan memegang wortel dengan tangan kanan. Saat dia berhasil memancing rusa untuk mendekat, tangan kirinya yang membawa botol anggur merah didekatkan ke mulut rusa.

"Mau gak... Mau minum gak," kata perempuan itu.

"Kasih anggur merah, kasih anggur merah, kasih anggur merah," timpal laki-laki di sebelahnya.

Tentu saja, video ini mengundang kritikan negatif dari warganet. Semua menyayangkan kelakuan dua anak muda tersebut.

Terkait dengan hal ini, humas Taman Safari Indonesia, Yulius Suprihardo memberikan pernyataannya.

"Taman Safari Indonesia - Bogor berterima kasih kepada rekan-rekan netizen yang telah menginformasikan hal ini kepada kami. Terima kasih atas kepedulian dan dukungan rekan-rekan sekalian terhadap keamanan serta kesejahteraan satwa kami," kata Yulius dalam keterangan resmi kepada Kompas.com, Rabu (15/11/2017).

Dia melanjutkan, pemimpin dan seluruh staf Taman Safari Indonesia sangat menyayangkan dan kecewa atas tindakan yang telah dilakukan oleh pihak yang bersangkutan. Kejadian ini akan kami cermati dan diproses lebih lanjut secara hukum.

Baca juga : Mengapa Kita Tak Perlu Tiru Luna Maya yang Foto bersama Orangutan?

Harus memberi edukasi

"Selain menyoroti tindakan tercela para turis, pihak taman safari juga harus bertanggung jawab," ujar Marison Guciano, aktivis pelindung satwa Scorpion Wildlife Trade Monitoring Group kepada Kompas.com, Rabu (15/11/2017).

Hal ini disebut Morison berdasarkan pengawasan yang dilakukannya. Dari dulu hingga kini, semua pengunjung bebas membawa makanan masuk apa saja. "Tidak ada pengecekan lagi dari petugas sebelum masuk," katanya.

Dia mengkritisi, selama ini Taman Safari tidak memberikan fungsinya secara optimal. Morison menyebut konservasi seperti Taman Safari lebih mengejar keuntungan bisnis dibanding edukasi pada pengunjung.

Padahal, yang terpenting adalah edukasi untuk pengunjung. Sebab, tidak semua orang tahu hewan A harus diperlakukan seperti apa atau harus mendapat makanan apa.

"Seharusnya begitu pengunjung masuk, ada petugas yang memberi informasi. Misalnya Kuda Nil, asalnya dari mana, perilaku seperti apa, makannya apa. Edukasi itu yang terpenting," tegasnya.

Baca juga : Spesies Orangutan Paling Langka di Dunia Ada di Indonesia, Ini Rupanya

Ranah hukum tidak cukup

Marison menyebut bahwa ranah hukum tidak cukup hanya diberikan pada turis yang melakukan perbuatan iseng itu.

Dia mengatakan, dengan kejadian ini, Taman Safari juga perlu mendapat teguran keras. Hanya dengan ranah hukum tidak akan menyelesaikan masalah.

Jika menajemen yang dilakukan Taman Safari tidak diubah, maka tidak akan ada perubahan. Hal ini mengingat kurangnya kontrol Taman Safari pada pengunjung, dan sebagai contoh sederhana adalah makanan yang dibawa pengunjung tadi.

Selain itu, Marison berharap agar Taman Safari tidak lagi digunakan untuk bisnis. Bisnis yang dimaksudnya adalah mengambil keuntungan lewat foto bersama satwa dan pertunjukan sirkus.

"Mereka (hewan) melakukan itu, sama saja dibatasi hak-haknya untuk bebas. Mereka tersiksa dan petugas mengendalikan (hewan) dengan rasa takut dan rasa lapar. Ini tidak benar," ujarnya.

"Negara lain sudah mulai melarang melakukan pertunjukan satwa. Saya harap, hal ini juga segera terjadi di Indonesia. Mari kita ikut mendukung, bukannya menentang dengan membuat pertunjukan-pertunjukan," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau