KOMPAS.com - Tidak hanya orang Barat saja yang mengkonsumsi anggur. Di Indonesia, anggur juga dikonsumsi oleh sebagian orang saat merayakan suatu pesta atau ritual keagamaan di Gereja.
Kita tahu, lebih dari 90 persen anggur dibuat di wilayah Eurasia. Anggur kuno dulunya diproduksi di antara Eropa Timur dan Asia Barat.
Dari sini kemudian menyebar ke seluruh dunia. Jumlah anggurnya pun luar biasa banyak. Setidaknya tercatat ada lebih dari 9.000 varietas anggur asli.
Temuan terbaru para arkeolog tentang awal mula anggur diproduksi dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS). David Lordkipanidze, direktur Museum Nasional Georgia memimpin penelitian ini.
Baca Juga: Hindari Redakan Stres dengan "Wine"
Tim gabungan arkeolog dari Universitas Toronto dan Museum Nasional Georgia itu menemukan ,fragmen tembikar berusia 8.000 tahun yang dipercaya menjadi bukti paling awal pembuatan anggur.
Peneliti memperkirakan temuannya berasal dari era awal Neolitikum.
Sebelumnya, mereka menemukan beberapa botol gerabah yang berisi senyawa residu anggur di dua lokasi sebelah selatan ibukota Georgia, Tbilisi.
Tempat pertama adalah Shulaveris Gora, sekitar 50 km dari hilir sungai Kura, dan Gadachrili Gora. Kedua tempat itu berjarak 2 km dari provinsi Kvemo, Kartli, Georgia, sekitar 50 km dari ibu kota Tbilisi.
"Kami percaya, tembikar ini merupakan bukti tertua dari kawasan Eurasia untuk memproduksi anggur," ujar salah satu tim peneliti senior Stephen Batiuk yang berasal dari Universitas Toronto, dikutip dari BBC News, Selasa (14/11/2017).
Dalam abstrak jurnal tersebut, ditulis bahwa anggur merupakan kebudayaan yang berasal dari Barat.
Fungsinya untuk obat, bersosialisasi, zat pengubah pikiran, untuk kegiatan ritual keagamaan, farmasi, masakan, dan komoditas bernilai tinggi bagi masyarakat kuno di kawasan geografis Asia Barat.
Antropolog Patrick McGovern dari Universitas Pennsylvania, yang ikut bergabung dalam penelitian ini mengatakan sudah sejak lama orang Georgia percaya bahwa anggur berasal dari wilayahnya.
"Tapi Lordkipanidze memberikan bukti ilmiah," katanya dikutip dari NPR.
Mereka menganalisis temuan tembikar dengan menggunakan analisis kimia dan menemukan jejak zat. Salah satunya sisa asam tartarat, yang merupakan sisa kimiawi buah anggur.
"Jika kita melihat asam tartarat, hal ini menunjukkan bahwa kita sedang mengamati anggur atau produk anggur," jelas McGovern.
Baca Juga: Anggur Merah Cegah Kerusakan Pembuluh Darah karena Rokok
Selain tembikar tertua yang berusia 8.000 tahun, mereka juga mendapati adanya tembikar dengan desain perayaan anggur. Ada potret orang-orang berkumpul di bawah grapevine (anggur asli Eurasia yang digunakan untuk pembuatan anggur, red) dan menari.
Metode Tradisional
Di dua lokasi tadi ditemukan delapan tembikar. Yang tertua diperkirakan berusia sekitar 5.980 SM atau 8.000 tahun.
"Wadah yang besar disebut qvevri, ini masih digunakan pembuatan anggur di Georgia," kata David Lordkipanidze, direktur Museum Nasional Georgia yang juga terlibat dalam penelitian ini.
Sementara itu, Batiuk mengatakan, anggur pada masa itu kemungkinan dibuat dengan cara dan proses yang sama seperti saat ini. "Semua bagian anggur dihancurkan, mulai dari buah, batang, dan bijinya difregmentasi bersama," jelasnya.
Penelitian sebelumnya menemukan tembikar anggur berusia 7.000 tahun di Iran Barat, tepatnya di Pegunungan Zagros.
Tahun 2011, sebotol anggur dan botol fregmentasi ditemukan di sebuah gua Armenia. Ini diperkirakan berusia 6.000 tahun.