Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Observatorium Nasional Timau, Pengawas Langit dari Timor

Kompas.com - 08/11/2017, 21:21 WIB

Selain asteroid, penelitian planet-planet di Tata Surya maupun di bintang lain penting untuk bisa memahami pembentukan planet serta memahami karakteristik fisik dari sistem keplanetan yang masing-masing memiliki keunikan. Untuk itu, pengamatan dengan metode transit bisa dilakukan dari OBNAS.

“Teleskop OBNAS cocok untuk pengamatan lanjutan dari teleskop besar yang akan datang, misalnya LSST (The Large Synoptic Survey Telescope), GMT (Giant Magellan Telescope), TMT (Thirty Meter Telescope), dll. Karena itu kerja sama dengan observatorium lain akan jadi prioritas”, kata Taufiq Hidayat dari Astronomi ITB dan Observatorium Bosscha.

OBNAS Timau juga akan menyediakan layanan efemeris terkait posisi benda langit sebagai fungsi waktu, dalam bentuk publikasi almanak astronomi nasional secara berkala. Untuk saat ini, layanan efemeris dalam bentuk almanak astronomi bisa diakses di situs U.S. Nautical Almanac Office, United States Naval Observatory (USNO). Kegiatan ini kelak dapat diperluas dengan pengembangan teknik pengamatan hilal (sabit tipis Bulan) serta koordinasi jejaring pengamatan nasional. Salah satunya pengembangan pengamatan bersama BMKG terkait riset cuaca, iklim, dan kegempaan. Salah satu usulan terkait pengembangan pemanfataan OBNAS dari UNDANA (Universitas Nusa Cendana) di Kupang adalah pengamatan exoplanet, implementasi fisika citra pada teleskop, remote controlling dan automation, riset Shack-Hartmann wavefront sensor, riset teknik koreksi cermin teleskop secara elektromagnetik, dan aktivitas Matahari.

Dengan kapasitas teleskop yang ada baik termasuk teleskop kecil, potensi untuk melakukan pengamatan benda transien juga cukup tinggi. Sampai dengan awal tahun 2016, tercatat ada 12000 benda transien yang terdeteksi dengan laju puluhan transien setiap malam. Dari data yang ada, hanya 10% yang dipelajari lewat spektroskopi. Dengan demikian, OBNAS Timau juga bisa ikut berkontribusi dalam penemuan supernova.

OBNAS Timau sudah memasuki masa pembangunan dan direncanakan akan melakukan penerimaan cahaya pertama atau first light pada akhir tahun 2019 atau awal tahun 2020.

“Pengembangan astronomi merupakan langkah penting, karena teknologi antariksa adalah suatu hal yang mutlak dikuasai saat ini, termasuk di Indonesia. Astronomi adalah sains dasar yang melandasi penguasaan teknologi antariksa. Astronomi pun adalah sains yang mampu menginspirasi generasi muda dengan pertanyaan-pertanyaan yang menantang untuk dieksplorasi”. – Thomas Djamaluddin, Kepala LAPAN RI.

Artikel ini pertama kali terbit di Langit Selatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com