Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah 4 Obat Kemoterapi yang Bisa Membuat Rambut Rontok

Kompas.com - 02/11/2017, 07:06 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com -- Seperti yang dilaporkan oleh Kompas.com sebelumnya, penyebab utama rambut rontok saat perawatan kanker adalah obat-obat sitotastik.

Sebagai bagian dari kemoterapi untuk pasien kanker, obat-obatan ini berfungsi untuk menghentikan atau memperlambat perkembangan sel kanker yang ada di dalam tubuh.

Caranya, dengan membasmi sel-sel yang melakukan pembelahan atau mencegah pertumbuhan sel kanker dengan cepat. Sayangnya, obat-obatan ini juga menyerang sel-sel lainnya yang tidak berbahaya, termasuk sel di folikel atau kelenjar rambut kita.

Namun, sebetulnya tidak semua jenis obat untuk perawatan kanker menyebabkan kerontokan rambut.

Baca juga : Kenapa Perawatan Kanker Menyebabkan Rambut Rontok?

Berikut adalah beberapa jenis yang sering digunakan dalam kemoterapi kanker payudara dan menimbulkan efek samping tersebut:

1. Adriamycin, dengan kode A atau dalam kemoterapi disebut CAF (Cytoxan, Adriamycin and Fluorouracil). Obat ini memiliki efek samping kebotakan pada kepala, alis dan bulu mata.

2. Methotrexate, dengan kode M atau dalam kemoterapi disebut CAM (Complementary and Alternative Medicine). Obat ini memiliki efek samping penipisan rambut tetapi tidak seluruh pasien mengalaminya. Jarang sekali pasien yang melalui metode pengobatan ini mengalami kebotakan.

3. Cytoxan dan 5-fluorouraci memiliki efek samping penipisan rambut hingga kerontokan rambut dalam jumlah banyak.

4. Taxol memiliki efek samping kebotakan di seluruh bagian tubuh yang berambut, termasuk kepala, alis, bulu mata, tangan, dan kaki, serta bulu kemaluan.

Baca juga: Ini Alasan Pasien Kanker Payudara Baru ke Dokter di Stadium Lanjut

Selain menyebabkan kerontokan, obat-obatan di atas juga bisa menyerang sel darah di dalam tubuh.

Dilansir dari laman www.chemotherapy.com, kemoterapi juga akan memengaruhi sel darah putih yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan infeksi. Apabila jumlah sel darah putih berkurang, pasien akan mengalami neutropenia, atau rentan akan infeksi.

Kemoterapi juga menyerang perkembangan sel darah merah, dan kekurangan sel darah merah dapat menyebabkan anemia. Akibatnya, pasien menjadi cepat letih, dan mengalami sakit dada atau penyakit komplikasi yang lebih serius.

Kandungan trombosit di dalam darah pun bisa ikut terganggu. Padahal, trombosit sangat dibutuhkan tubuh untuk proses pembekuan darah saat pendarahan. Kekurangan trombosit disebut trombositopenia dan membuat pasien mudah mengalami luka dan pendarahan. 

Kemoterapi juga akan mempengaruhi sel-sel di dalam saluran pencernaan dan pasien akan sering mengalami mual, muntah, dan diare.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau