AMBON, KOMPAS.com - Selasa kemarin (31/10/2017), masyarakat Ambon dibuat panik dengan adanya gempa susulan sepanjang malam.
Tidak hanya lima kali. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maluku mencatat ada 88 kali gempa sejak Selasa (31/10/2017) pukul 11.30 hingga Rabu (1/11/2017) pukul 11.30 WIT.
Menurut keterangan Priska Birahy, warga Sirimau, Ambon, yang kemarin malam berada di rumah kerabatnya di kawasan Talake, Nusaniwe, sekitar pukul 20.30 WIT sampai pukul 21.00 WIT goncangan gempa paling terasa.
"TV goyang, pigura sampai jatuh. Karena daerah titik gempa ada di barat daya pulau Ambon. Walaupun efeknya sampai pulau Buru, pulau Seram, yang paling terasa efeknya di kota Ambon ini," kata Priska kepada Kompas.com, Rabu (1/11/2017).
Baca Juga: Gempa Ambon, Pasien Rumah Sakit Dirawat di Halaman Masjid
Talake, Nusaniwe merupakan kawasan yang jaraknya sangat dekat dengan laut. Kira-kira jaraknya kurang dari 350 meter.
"Karena berhadapan dengan laut, kita bisa lihat air laut naik. Semua orang kabur dan banyak banget orang teriak lihat air laut naik," kata dia.
"Setelah telepon BMKG, mereka sebut tidak ada potensi tsunami. Tapi memang bersamaan dengan air pasang. Pas banget semalam bulan tinggi dan terang. Jadi ada goncangan di laut, air (laut) naik, dan pasang. Saat orang lihat mereka pikir ada tsunami, padahal enggak. Cuma karena pasang," jelasnya.
Apa yang Sebenarnya Terjadi di Ambon?
Andi Azhar Rusdin, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Ambon, mengungkapkan bahwa dari 88 kali gempa yang tercatat di BMKG, hanya 11 gempa yang dapat dirasakan.
"Gempa pendahuluan ada tiga kali dari pukul 20:31, 20:34, kemudian 20:46. Setelah itu satu kali gempa utama pada pukul 20:50 WIT, dengan kekuatan 6.2 SR. Kemudian ada 84 kali gempa susulan sampai ini tadi. Baru saja ada gempa lagi," kata Andi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (1/11/2017).
Penyebab gempa adalah adanya patahan naik di dasar laut selatan pulau Ambon. Energi dari patahan tersebut disebut masih aktif, karena gempa susulan masih terus berlangsung.
"Adanya patahan di selatan pulau Ambon, menyebabkan pusat gempa ada di sebelah barat daya Ambon," sambungnya.
Sampai saat ini, kerusakan bangunan terjadi pada Maluku City Mall (MCM) dan Bandara Ambon.
Mall berlantai dua itu mengalami keretakan dan plafon atap bangunan jatuh. Sementara di Bandara ada beberapa kaca jendela yang retak dan paflon rusak.
"Untuk korban jiwa sampai saat ini belum ada," ujarnya.
Baca Juga: Apa yang Harus Kita Pelajari dari Gempa Yogyakarta 11 Tahun yang Lalu?
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan, yang terjadi di Ambon adalah tipe gempa unik yang mencakup gempa pendahuluan, gempa utama, dan gempa susulan.
"Fenomena semacam ini dikenal sebagai aktivitas swarm," ujar Daryono.
"Sehingga wajar jika warga panik karena diguncang 3 kali gempa sebelum terjadi gempa utama M=6,0 SR," sambungnya.
Selama ini di wilayah Indonesia memang tidak banyak aktivitas gempa tipe 2. Hal ini menyebabkan banyak yang menilai bahwa gempa Ambon merupakan fenomena unik dan langka.
"Dilihat sebarannya, nilai magnitudonya tampak bahwa trend besaran magnitudo sudah mengecil dan frekuensi kejadiannya pun terus menurun," jelasnya.
Ambon sendiri secara tektonik memang rawan gempa. Gempa besar pernah terjadi pada 1674, 1899, 1950, 1980, dan 2001.
Baca Juga: Inilah Mengapa Gempa Sumatera 2012 Tidak Semematikan 2004
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.