JAKARTA, KOMPAS.com -- Skoliosis atau bengkoknya tulang belakang ke arah samping memang bisa menimpa siapa saja, tetapi perempuan tampaknya jauh lebih berisiko terkena skoliosis derajat berat dibanding laki-laki.
Hal tersebut diungkapkan oleh Spesialis Bedah Ortopedi Konsultan Tulang Belakang dr Didik Librianto, Sp OT(K) dalam acara Small Group Media Discussion yang diadakan oleh RS Pondok Indah Group di Jakarta, Rabu (25/10/2017).
Dipaparkan oleh Didik, ada empat faktor risiko yang memengaruhi skoliosis, yaitu usia, lokasi kurva, derajat kurva, dan jenis kelamin. Dalam faktor terakhir, perempuan lebih berisiko daripada laki-laki.
Dia berkata bahwa meski tidak mengetahui secara pasti perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang skoliosis di Indonesia, tetapi mayoritas pasien yang ditemuinya berjenis kelamin perempuan.
Baca juga : Bahu Tinggi Sebelah? Hati-hati, Anda Sudah Terkena Skoliosis
“Ada yang bilang 1:8, 1:9, bahkan sampai 99 persen peempuan. Tapi itu tergantung negaranya yang mengambil survei. Kalau di Amerika, 95 persen perempuan. Di Indonesia memang belum ada survei, tapi laporan dari poliklinik menyebutkan kalau 99 persen perempuan,” ujarnya.
Mengenai penyebabnya, Didik dan dunia medis juga belum bisa memastikan. Pasalnya, mayoritas pasien yang datang ke poliklinik sudah mencapai sudut berat dan penyebabnya tidak diketahui atau idiopathic.
“Secara medis disebut idiopathic, tetapi dalam beberapa kasus ada yang orangtuanya juga skoliosis. Namun, ini masih belum bisa dihubungkan secara pasti,” katanya.
Selain genetik, para pakar juga mencurigai adanya kekurangan kolagen dan vitamin D yang dapat menimbulkan skoliosis. Namun, kecurigaan tersebut juga masih belum bisa dibuktikan sebagai penyebabnya.
“Itulah mengapa disebut idiopathic,” kata Didik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.